mental pe-revolusi mental Nusantara, Sedepo Kurang
Dhowo, Sekilan Kakean
Motivasi dan daya juang kawanan
parpolis, berangkat dari merasa berkat jasanya telah menjadikan seseorang
menjadi kepala negara/presiden. Apalagi telah merasa mati-matian mendukung,
mendorong dan menggolkan sang capres menjadi pemenang tunggal di pilpres.
Menepuk dada sangat merasa susah payahnya baru terbayar uang mukanya saja. ‘Daftar
belanja’ sudah disusun secara dinamis, tiap hari bisa dan pasti bertambah, siap
ditagihkan, disodorkan, diungkapkan, diungkitkan ke sang kandidat sebelum
disumpah dilantik.
Motivasi dan daya juang kawanan
parpolis, yang berjibaku banting tulang peras keringat, dibalas dengan ucapan
terima kasih, diajak makan siang, disalami salam tempel, ada yang merasa sudah
puas, pas dengan maksud tujuan. Ada yang bermodal uang, diajak mikir urusan
pembagian kursi, mengurus urusan balas jasa sekaligus balas budi, sudah merasa diuwongke,
dimanusiakan. Kelompok ini sedang berbisnis politik. Mereka berharap sumber
dana bertambah secara legal, formal dan berkekuatan hukum tetap. Sisanya, yang
merasa peras otak, olah akal, modal IQ, menjungkirbalikkan logika, mendayagunakan
ingatan, mengandalkan gelar strata pendidikan formal, walau dijadikan sebagai pembantu
presiden, merasa kurang.
Motivasi dan daya juang kawanan
parpolis, tahun pertama periode 2014-2019 sudah terkuak dan tertebak betapa belang
lubuk hati dan isi hatinya. Bahkan saat penunjukkan pun sudah ada yang
nyata-nyata kelihatan terang-benderang kw-nya. Jokowi dengan selera humor otak
kanannya mempraktekkan pepatah Jawa “kéré munggah balé”.
Sungguh apes bangsa ini, motivasi dan
daya juang kawanan parpolis yang ingin mempraktekkan Revolusi Mental, dengan
mendirikan laman saja tidak mulus, bukan karena hambatan dan kendala fulus. Faktor
tulus yang menentukan langkah seseorang. [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar