tubuh tidak merespon adab lalai nan abai diri
Masalah tanpa latar belakang kasus kemanusiaan hanya sia-sia. Kendati pasal HAM fokus sidik dan selidik. Kepribadian, kedirian, kemandirian sampai rasa ke-aku-an bukan jaminan mutu agenda menu harian berulang.
Kepastian tata surya (bumi, matahari, bumi) konsisten dengan laku amanah selaku hamba-Nya. Faktor peubah hukum alam akibat tabiat manusia. Ringkas ulas, singkat kupas, pakai katanya atau ujar ahlinya bahwasanya tabiat manusia menurut tabiatnya lebih cenderung membantu perbuatan hafalan ketimbang mengikuti perkataan.
Sekedar sebagai pengingat, ada dalil yang mengujarkan adanya kata dalam perbuatan, satunya kata dengan perbuatan. Bisa-bisa bisa juga satu kata, satu perbuatan. Rasanya, kian ditelaah malah menambah daya dong semakin jauh. Maka dari itu, kita kembali ke sabda-Nya, firman-Nya, tercantum di (QS Ash Shaff [61] : 2) :
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?”
Telak jika dibilangt ada hubungan diplomatik bertimbal balik antara ‘mengatakan’ dengan ‘mengerjakan’, melakukan atau perbuatan. Dikarenakan juga karena bahasa tubuh lebih efektif ketimbang bahasa verbal, lisan, oral. Bahasa tubuh manusia politik yang dibalut syahwat politik, model belingsatan. Semakin makan asam garam perpolitikkan, bahasa tubuh kian liar tanpa kendali. Diperkuat dengan aneka ujaran untuk menutupi aib diri, pamer bego, umbar nista diri. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar