tradisi keimanan, ampunan-rezeki-nikmat
Manusia dengan perangkat akal dan alat kelengkapan akal serta bahasa. Berkat daya juang diri sampai kehabisan waktu, mampu mewujudkan impian, cita-cita maupun rencana berkehidupan. Faktor keberuntungan dirasa-rasa selalu memihaknya. Nasib baik tinggal dilakoni. Tidak pakai peluh keringat mandiri, tinggal comot, tinggal lahap, tinggal pakai.
Merasa potensi diri bawaan sejak lahir, turunan dari sono-nya adalah modal, saham, andil untuk sukses. Mata rantai menu harian sekedar formalitas, pemantas. Agar tampak sibuk. Aksi unjuk muka di kesempatan dalam kesempitan. Mematut diri dengan aneka atribut.
Ingat akan judul jadul “jurus limbung nusantara, angkat lambungkan nama ybs”. Date modified 5/15/2020 6:39 AM. Paribasan plus ungkapan Jawa jangan dicerna secara bahasanya. Berlapis, bukan secara matematis. Makna tersurat dan tersirat justru sebaliknya. Ingat guyon parikeno. Contoh tapi bukan misal, “menang tanpa ngasoraké”. Bahasa jelas justru ngasoraké musuh, lawan, seteru dengan modus menyanjung plus menjunjung. Disandangi gelar kehormatan akademis. Diunggahké, diunggulké, diumbulké nganti duwur tekan ngluwihi jidaté déwé.
Pendekatan sukses duniawi, makmur berkesejahteraan vs sejahtera berkemakmuran. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar