Halaman

Kamis, 16 Desember 2021

membela kebenaran mbokdé mukiyo, dudu membelakangi kebenaran

 membela kebenaran mbokdé mukiyo, dudu membelakangi kebenaran

 Jarwa dhosok, kursi = yèn diungkuraké banjur isi. Kamus bahasa Sansekerta, lema mungkur : membelakangi.

 “INDONESIA–ku, demi sebuah kursi serba dan anéka mégatéga”. Date modified 7/13/2018 6:14 PM. Proses pesta demokrasi sudah bisa ditebak langkah konstitusionalnya. Tata niaga politik tetap mengandalkan segala cara untuk meraih sebuah kemenangan. Semakin banyak pasal, menunjukkan pelaku pesta demokrasi harus banyak akal. Praktik akal bulus sampai daya guna akal-akalan, sebagai alternatif utama. Lebih aman jika sudah sesuai skenario, konspirasi, rekayasa, manipulasi dari investor politik multipihak.

 Pihak yang diharapkan mengawal jalannya demokrasi, agar demokrasi berjalan dengan bebas cegatan dan damai di tempat, malah menjadi biang onar, biak kerok. Akibat dekat-dekat dengan meja penguasa. Wajar, karena jabatan di dapat secara politis. Berkat masuk perhitungan atau kalkulasi politik penguasa. Atau mereka yang mendapat berkah karena rajin bertandang di balik pintu penguasa.Yang merupakan sumber dari segala sumber.

 Penyakit politik searoma irama dengan laju gaya disrupsi TIK. Bentuk sederhana gagap teknologi, gagal teknologi. Oleh karena kehidupan demokrasi di Nusantara lagi, masih sedang, selalu, senantiasa, akan berkembang. Maka revolusi teknologi informasi dan komunikasi lewat aneka aplikasi membuat tatanan demokrasi kian tercabik dengan riang.

 “asu mbalèni piringé vs panguwasa mbélani kursiné” . . . [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar