kocok ulang, generasi pemilik masa depan nusantara
Efektivitas negara multipartai. Peninggalan berupa serba multi, saling silang, anéka méga. Virus ‘nasakom’ hadir di keluarga biologis ideologis. Sesama anak tunggal bapak-ibu merasa berhak mendirikan partai politik milik keluarga. Pengguna trah marga keluarga yang sama.
Bisa-bisa generasi unggul nyata-nyata dari bibit biji. Sekali tanam pakai, muncul edisi khusus, terbatas. Langsung bebas tergantikan antrian. Bukti sejarah, bisa cetak ulang tanpa revisi. Atau sesuai pesanan pihak tertentu.
Pergolakan sesungguhnya karena praktik politik menjadi ajang tarung bebas. Pesta demokrasi menjadi adu emosi, bukan mengedepankan rasionalitas. Indonesia tersanjung, dianggap sebagai mitra IMF. Semakin disanjung semakin tersandung. Manusia politik siap bertindak gaya apa saja. Siap memerankan peran apa saja. Asal bayarannya cocok.
Dalih negara menaikkan cukai hasil tembakau atau cukai rokok tahun 2022. Faktor penentu yaitu pengendalian konsumsi rokok, tenaga kerja, penerimaan negara, dan pengawasan barang illegal. Selain mengancam kesehatan, rokok juga memperburuk taraf sosial-ekonomi keluarga Indonesia, khususnya keluarga miskin.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) di bulan Maret 2021, konsumsi rokok merupakan pengeluaran kedua tertinggi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan setelah konsumsi beras. Dilihat dari total pengeluaran, konsumsi rokok mencapai 11,9% di perkotaan dan 11,24% di pedesaan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar