Revolusi Mental Nusantara, Yang Mikir Tidak Ngomong vs Yang Ngomong
Tidak Mikir
Wajib Doa
Walau umat Islam sedunia tidak berdoa, Allah dengan sifatnya Yang Maha
Pemurah dan Yang Maha Penyayang, tetap menggelontorkan rezeki-Nya kepada siapa saja,
tidak pandang bulu, ikhwal ini tersurat pada [QS Ar Rahmaan (55) : 29] : “Semua yang ada di langit dan bumi selalu
meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”
Allah senantiasa dalam keadaan
menciptakan, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezeki, mengatur
pertukaran malam dengan siang, terus menerus mengurus makhluk-Nya (Allah
mengatur langit dan bumi serta seisinya), menurunkan air (hujan) dari langit.
Lapang maupun sempit rezeki sebagai tanda
kekuasaan Allah serta datangnya dari arah tak terduga. Rezeki tidak sebatas
urusan perut, walau dalam mencari sesuap nasi manusia wajib mengacu pada
burung. Rezeki bisa liwat siapa saja dan kapan saja. Rezeki merupakan rahmat
dari Allah.
Kiat menjemput rezeki-Nya diperlukan “ilmu”
yang relevan, guna menunjang kesempurnaan ikhtiar. Burung hanya dibekali
insting oleh Allah, untuk melacak lokasi sumber makanan. Kita dibekali panca
indra dan seperangkat akal pikiran yang serba manfaat oleh Allah.
Usai berdoa dan berikhtiar, kita
mantapkan tawakal kepada Allah. Soal
hasil jerih payah merupakan hak prerogatif Allah, namun kita tetap yakin bahwa
Allah selalu mengucurkan rezeki atau rahmat-Nya untuk kita.
Umat Islam dalam menyibukkan diri untuk
semua urusan, urusan dunia maupu urusan akhirat, berharap upah berupa rezeki
yang dianugrahkan Allah di dunia dan pahala di akhirat.
Rambu-Rambu Sibuk
Hidup merupakan fungsi waktu. Kita dalam memanfaatkan waktu sampai memasuki
jebakan tak mengenal waktu. Banting tulang, peras otak, peras keringat sampai
kepala menjadi kaki, kaki menjadi kepala. Semua usaha, upaya maupn ikhtiar
disiasati dengan segala cara. Mencari yang haram pun susah, apalagi yang halal,
menjadi pedoman bagi kelompok tertentu. Kalau bisa dikeruk, kenapa cuma harus
seteguk. Kalau bisa dikuras, kenapa cuma harus sebatas. Kalau tidak bisa
korupsi, manfaatkan dana aspirasi.
Kesibukan manusia mengurus urusan dunia dan urusan akhirat,
sambung-menyambung, sesuai [QS Alam Nasyrah (94) : 7] : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,”
Sibuk tidak sekedar melakukan pekerjaan profesional atau komersial, sebagai
makhluk sosial manusia wajib bekerja untuk pekerjaan sosial. Kondisi tersebut
berdasarkan sebagian terjemahan [QS At Taubah (9) : 105] : "Bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, .. “. Orang dinilai pada apa yang pernah dikerjakan, dilakukan,
dihasilkan. Banyak profesi yang menuntut penggunaan mulut secara optimal. Banyak
perjalanan menuju masa depan dirumuskan dengan olah otak, olah akal, olah pikir,
olah nalar.
Seolah banyak jalan pintas, maraknya budaya instan menjadi tenar, menjadi
pesohor, masuk TV, menjadi idola yang ujung-ujungnya mandi uang. Ikut lomba
mencari bakat sampai niat menjadi wakil rakyat, menjadi kepala daerah. Kepala daerah
belum tuntas, belum jatuh tempo, melirik rumput tetangga lebih menggiurkan. Akal
dan nafsu politik menjadi acuan utama.
Kendati kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, menjadi semboyan hidup manusia dalam
menyelesaikan urusan dunia, sebagai tindakan nyata menjemput rezeki-Nya. Biarpun peras keringat
dan peras otak, tak kenal waktu, hidup diuber waktu, nyawa bisa jadi taruhan.
Persaingan hidup menjadikan manusia siap berjibaku, di mana saja, kapan saja,
bahkan tidak pandang bulu. Semua ada aturan mainnya. Walau pagi masih dele
(Jawa, artinya kedelai) sore jadi tempe, adalah proses alami.
Kita jangan lupa, bahwa yang halal pun ada batasnya ada takarannya. Kita
simak [QS Asy Syuura (42) : 27] : “Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa
yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”
Kesibukan kita semata dalam rangka
mendapatkan rahmat khusus, yaitu
rahmat yang diperuntukkan bagi orang
yang beriman dan bertakwa, diperoleh tidak hanya di dunia, bahkan juga di
akhirat. Mengacu sebagian [QS. Al-A’raaf: (7) 156] “Allah berfirman: "Siksa-Ku akan
Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala
sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami."
Jadi, bagaimana mensinerjikan otak dan
mulut, yang jaraknya keduanya dekat, bahkan dalam satu kapling yaitu kepala. Membuka
mulut tanpa sensor otak, apa namanya? Olah otak, olah akal, olah pikir, olah nalar
kalau hanya dipendam, diperam, direndam saja apa jadinya?
Karena jiwa raga, usia, umur yang memasuki stadium
tertentu, mungkin kita harus duduk yang manis, bukan berarti tidak sibuk. Kendati
tidak punya pekerjaan tetap, kita harus tetap bekerja. [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar