Halaman

Jumat, 19 Juni 2015

penetapan 1 Ramadhan, tergantung niat dan itikad berbasis ukhuwah serta kemashlahatan umat

penetapan 1 Ramadhan, tergantung niat dan itikad berbasis ukhuwah serta kemashlahatan umat

 Ironis, umat Islam Indonesia yang menyandang status penyelenggara negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif); yang sibuk dan aktif di jalur politik; yang merasa bisa berbuat banyak melalui kendaraan organisasi kemasyarakatan; yang merasa bisa berkiprah, berkontribusi nyata dan berkinerja jika menguasai media masa; yang merasa bisa bebas aktif dengan memilih jalur bebas hambatan atau apapun bentuk wadahnya, ternyata lebih patuh dan taat pada aturan main lokal. Lebih menjalankan, bahkan mengutamakan prosedur operasi standar yang menjadi rambu hukum berorganisasi. Terjebak dan terbelenggu pasal hukum buatan sendiri, bak memakai kaca mata kuda.

Tidak salah, jika umat Islam bangga dengan atribut, busana kebesaran organisasi, sejarah masa lampau dan jargonnya. Menghadapi masalah bangsa, negara dan masyarakat lebih mengedepankan selera dan ambisi organisasi. Bahkan untuk menegakkan pasal dalam hukum Allah, mendadak banyak pihak menjadi ahli berdebat, cakap berdalih, mahir berargumentasi, andal berbaku mulut. Mendewakan akal dan nalar, penetapan awal Ramadhan, awal Syawal menjadi ajang pamer derajat keislaman, ajar pamer kefasihan beragama. Ujung-ujungnya malah semakin jauh dari semangat ukhuwah, semangat mewujudkan kemashlahatan umat, karena mengutamakan urusan dunia.

Sudah saatnya umat Islam Indonesia mengutamakan urusan dengan Allah. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar