Halaman

Jumat, 26 Juni 2015

Revolusi Mental Nusantara, Datang Tak Tertolak Pergi Tak Terusir

Revolusi Mental Nusantara, Datang Tak Tertolak Pergi Tak Terusir

Olah otak, olah akal, olah pikir, olah nalar, dan olah logika politik anak bangsa Indonesia, dalam hal semangat otonomi daerah melebihi negara yang sudah ratusan tahun merdeka. Di sisi rasa kebangsaan dan perwujudan serta pengejawantahan rasa nasionalisme, masih kalah strata, fakta dan realita dengan negara yang belakangan merdekanya. Nusantara dikapling-kapling, dikota-kotak sampai tingkat desa/kelurahan dengan dalih pembagian, pemerataan dan perimbangan kekuasaan berbasis politik.

Aroma irama, nafsu, syahwat, naluri dan insting politik ataupun mental politik manusia Indonesia terbentuk, terkontaminasi dan terstruktur sebagai akibat dan dampak penjajahan oleh pedagang VOC sampai pemerintah Belanda selama bilangan 3,5 abad, diperkuat pendudukan bangsa Jepang walau seumur jagung. Semangat yang mendasari ‘Sumpah Palapa’ Mahapatih Gadjah Mada, sebagai jawaban atas kejadian sekarang yaitu maraknya politik dinasti serta mewabahnya politik uang.

Pasca Reformasi 21 Mei 1998, yang diawali dari klimaks perjuangan kekuatan rakyat atau people power, dimulai dari puncak melengserkeprabon RI-1 ke-2, seolah kita meluncur bebas. Ada yang mengatakan negara ini sebagai negara dengan pilot otomatis. Padahal kita lupa diri, lima tahun pertama pasca Reformasi, Indonesia dikendalikan pilot setengah pilot. Sekarang, di periode 2014-2019 Indonesia menjadi negara multipilot (ekses tindak turun tangan di bawah meja bandar politik dan penyalahgunaan hakekat politik).


Apakah yang namanya kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan masih menjadi musuh, lawan, seteru bersama bangsa dan rakyat Indonesia. [HaeN]. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar