Revolusi Mental Nusantara, Datang
Tak Tertolak Pergi Tak Terusir
Olah otak, olah akal, olah pikir,
olah nalar, dan olah logika politik anak bangsa
Indonesia, dalam hal semangat otonomi daerah melebihi negara yang sudah ratusan
tahun merdeka. Di sisi rasa kebangsaan dan perwujudan serta pengejawantahan
rasa nasionalisme, masih kalah strata, fakta dan realita dengan negara yang
belakangan merdekanya. Nusantara dikapling-kapling, dikota-kotak sampai tingkat
desa/kelurahan dengan dalih pembagian, pemerataan dan perimbangan kekuasaan
berbasis politik.
Aroma irama, nafsu,
syahwat, naluri dan insting politik ataupun mental politik manusia Indonesia
terbentuk, terkontaminasi dan terstruktur sebagai akibat dan dampak penjajahan
oleh pedagang VOC sampai pemerintah Belanda selama bilangan 3,5 abad, diperkuat
pendudukan bangsa Jepang walau seumur jagung. Semangat yang mendasari ‘Sumpah Palapa’
Mahapatih Gadjah Mada, sebagai jawaban atas kejadian sekarang yaitu maraknya
politik dinasti serta mewabahnya politik uang.
Pasca Reformasi 21
Mei 1998, yang diawali dari klimaks perjuangan kekuatan rakyat atau people
power, dimulai dari puncak melengserkeprabon RI-1 ke-2, seolah kita meluncur
bebas. Ada yang mengatakan negara ini sebagai negara dengan pilot otomatis. Padahal
kita lupa diri, lima tahun pertama pasca Reformasi, Indonesia dikendalikan
pilot setengah pilot. Sekarang, di periode 2014-2019 Indonesia menjadi negara
multipilot (ekses tindak turun tangan di bawah meja bandar politik dan
penyalahgunaan hakekat politik).
Apakah yang namanya kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan masih menjadi musuh,
lawan, seteru bersama bangsa dan rakyat Indonesia. [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar