Senin, 01/09/2003
11:14
Herwin Nur
TAHUN 2004, 47%
ANGGARAN PEMBANGUNAN TNI/POLRI DARI DANA LUAR NEGERI.
Pemilu 2004
diharapkan sebagai titik dan arus balik dari dimensi persatuan dan kesatuan
NKRI yang selama era Reformasi terasa rapuh, rentan dan riskan - khususnya
dengan adanya sentuhan campurtangan tangan asing - semakin mengoyak ke segala
arus kehidupan bermartabat, semua kerekatan nyaris berantakan. Penyebabnya,
dosa bawaan dan dosa berantai Orde Baru berupa kesenjangan sosial di pihak
rakyat dan kesenjangan politik yang menjadi menu utama penyelenggara negara.
Sesuai agenda Kabinet
Gotong Royong untuk mensukseskan pemilu 2004, TNI dan Polri diharapkan semakin
mampu memantapkan seperangkat peran yang sudah digariskan oleh Ketetapan MPR
(Tap MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang "Peran TNI dan Peran
Polri") maupun perundang-undangan yang berlaku
(Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang "Kepolisian
Negara Republik Indonesia" dan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang "Pertahanan
Negara"). Permasalahan bidang pertahanan dan keamanan
yang masih memerlukan perhatian adalah masih rendahnya kekuatan dan kemampuan
lembaga-lembaga yang memiliki peran inti dalam bidang bidang pertahanan dan
keamanan, yakni TNI dan Polri. Sebaran luas wilayah dan jumlah penduduk yang
heterogen belum dapat diimbangi secara memadai oleh kapasitas dan kapabilitas
TNI dan Polri, baik dari segi kesiapan operasi, profesionalitas, maupun tingkat
kesejahteraan personil yang ada.
Keberlangsungan TNI
dan Polri secara departemen/lembaga membutuhkan anggaran pembangunan yang cukup
besar sesuai dengan visi dan misi serta tugas pokok dan fungsinya. Keterbatasan
Rupiah Murni menyebabkan pemerintah dengan rendah diri tetapi tebal muka
melirik bantuan luar negeri. Aturan main yang dibuat para badan atau negara
donor inilah yang menjadi beban berkelanjutan. Terlebih hutang swasta yang
jatuh tempo semakin memperpuruk kondisi ekonomi nasional.
Dari rancangan
anggaran pembangunan dalam RAPBN 2004 yang dikeluarkan oleh Kantor Menteri
Negera Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas 5 Agustus 2003, bisa
disimpulkan bahwa Departemen Pertahanan alokasi dananya 47,22% berupa PHLN,
sedangkan Kepolisian Negara mendapat jatah anggaran pembangunan 47,15%nya
berbentuk PHLN. Angka 47%an ini cukup besar dibanding 30,25% PHLN RAPBN 2004.
Badan Intelijen Negara (BIN) boleh bangga karena anggaran pembangunannya 100%
rupiah murni! Sektor Pertahanan dan Keamanan termasuk sektor yang mendapat
alokasi anggaran yang relatif cukup besar dan mengalami peningkatan.
PINJAMAN/HIBAH LUAR
NEGERI
Namanya pinjaman,
selain mengandung bunga komersial juga mengundang sekelompok risiko. Kendati
disebut hibah jelas tak bersifat gratisan, justru menguntung kan si pemberi
hibah. Mulai dari keterpaksaan memakai produk teknologi penghibah sampai malah
memandaikan SDMnya sebagai konsultan internasional yang menggurui konsultan
nasional, belum terhitung tenaga kerja yang merakit produk teknologinya. Di
sisi lain, jangan heran kalau serdadu dan polisi galak-galak. Selain merasa
dibebani hutang luar negeri kadar urusan dalam negeri cukup menyita energi.
Belum lagi kalau ada pesanan khusus seiring pemanfaatan pinjaman/hibah luar
negeri. Paling tidak setengah perjalanan hidup TNI/Polri sudah disiapmantapkan
oleh pihak asing.
TEMA POKOK
Dalam tahun anggaran
2003 pemerintah sadar bahwa ketergantungan pada sumber pembiayaan dari luar
negeri, yang pada gilirannya akan mengurangi kemandirian dalam melaksanakan
pembangunan, sehingga tema pokok dalam Repeta 2003 adalah mengurangi
ketergantungan. Celakanya dalam tahun anggaran 2004 pemerintah tidak mempunyai
tema pokok. Lebih celaka, PHLN meningkat 10,7%` sedangkan pembiayaan
pembangunan rupiah cukup meningkat 2,1% saja. Total anggaran pembangunan 2004
hanya meningkat 4,6% dibanding 2003.
Tema pokok menjadi
netral yaitu dengan terbatasnya anggaran pembangunan maka pencapaian sasaran
program pembangunan dapat diupayakan dengan : (1) melakukan penajaman
program-program pembangunan tahun 2004 melalui reprogramming dari program yang
dilakukan tahun 2003; (2) menyusun kerangka kebijakan untuk merangsang peningkatan
partisipasi masyarakat; (3) mendorong agar pemerintah daerah meningkatkan
partisipasinya dalam menyediakan pendanaan bagi pelaksanaan program-program
pembangunan, khususnya bagi sektor-sektor yang sudah menjadi tanggung jawab
daerah.
CINTAKU MERAH PUTIH
Pemisahan peran TNI
dan Polri serta netralitas TNI dan Polri dalam kehidupan politik diharapkan
lebih mampu menjamin penyelenggaraan negara yang kian demokratis, dan dapat
lebih memantapkan perhatian masing-masing lembaga kepada tugas pokok dan fungsinya.
Netralitas lembaga TNI dan Polri terhadap dunia politik pada gilirannya sangat
menentukan kualitas proses demokratisasi di Indonesia. Upaya pemantapan
pembangunan bidang pertahanan dan keamanan memiliki kaitan yang penting dengan
pembangunan demokrasi dan pemantapan persatuan dan kesatuan NKRI. TNI dan Polri
yang masing-masing merupakan kekuatan inti pertahanan dan keamanan negara
diharapkan makin mampu menempatkan dirinya secara lebih proporsional dalam
mengawal berjalannya proses demokratisasi di Indonesia.
TNI dan Polri juga
diharapkan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya masing-masing, karena
baik TNI maupun Polri memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengamankan
wilayah NKRI dari berbagai potensi gangguan keamanan dan ancaman dari dalam
maupun luar negeri. TNI sebagai institusi pertahanan negara, dengan segala
keterbatasan kuantitas dan kualitas personil maupun alat utama sistem senjata
(alutsista) serta dengan kondisi sebagai negara kepulauan harus mampu
mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI. Sedangkan Polri sebagai salah satu
lembaga penegak hukum yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat berupaya untuk mampu menegakkan supremasi hukum, serta memberi
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dari berbagai tindakan
berdimensi kekerasan serta mencegah eskalasi pertentangan atau permusuhan yang
mengarah pada tindakan anarkhi.
BAHASA RAKYAT
Dwifungsi ABRI di era
Orde Baru yang menyisakan berbagai benturan kepentingan bangsa dan negara
semakin transparan. Adanya mantan anggota yang mendeklarasi -kan partai politik
atau menjadi pengurus parpol pemenang pemilu 1999 menjadikan pergolakan dalam
negeri semakin bias. Mencerna perkembangan ini, TNI dan Polri layak mengambil
tindakan penyesuaian dalam konteks reposisi, redefinisi dan reaktualisasi.
Aktualisasi profesionalisme dan soliditas TNI/Polri merupakan jawaban utama.
Daya tanggap aparat
keamanan dalam mengambil kesimpulan atas berbagai tragedi berbasis ledakan bom,
bisa ditarik benang merah adanya skenario racikan mancanegara. Banyak
bukti-bukti yang ditayangkan yang tak bisa dibuktikan secara hukum. Banyak
rekayasa fenomenal yang tak masuk akal. Norma hukum pertahanan dan keamanan
memang tak mudah diterima mentah-mentah dalam bahasa rakyat, khususnya rakyat
yang hanya makan rupiah. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar