Halaman

Sabtu, 12 Juli 2014

KETIKA CISADANE

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 17/05/2005 11:57
KETIKA CISADANE

Ketika lingkungan sehat menjadi barang mewah
Walau hunian kredit daya beli rakyat tetap lemah
Walau diobral harga tetap tak terjamah
Tinggal dikontrakkan terpaksa sering pindah Impian punya tempat tinggal layak pun raib musnah

Berkebalikan dengan kebijakan pemerintah
Membangun perkampungan megah
Menjulang apartemen nan pongah
Memajang super mal serba wah
Mendongkrak jalan tol jadi alat belah
Bebaskan lahan tanpa musyawarah
Atau kegebuk preman berdasi rupiah

Memang, kaum hina miskin selalu kalah
Memang, kaum papa tinggal telan ludah
Memang, rakyat tak punya hak sanggah

Ketika bantaran sungai menjadi pilihan tak terbantah
Putar akal agar tak kena gusah 1)
Putar otak agar lahan terolah
Menjadi petak tidur sekedar lepas lelah
Menjadi kandang manusia geliat pun susah Jejalan renta sesak tapak bocah
Gubug bebas udara batuk pun payah
Semua kegiatan keluarga diusung dalam rumah
Sampai kebutuhan membuat sisilah

Ketika Cisadane jadi kubangan sampah
Tempat pembuangan akhir limbah
Ampas industri tanpa pilah
Buangan rumah tangga semakin parah
Larut dalam lumpur masalah

Cisadane jadi dangkal bak petak sawah
Akhirnya polusi air menjangkitkan wabah
Melalui gelombang air bah
Menyapu segala tanpa mau kalah
Kaum bantaran hidupnya resah
Siap digusur, dihalau, diusir bak penjajah
Oleh aparat kesejahteraan bertangan galah
Menjadi kambing hitam musibah
Menjadi biang segala ulah

Ketika alam sudah tak ramah
Bumi menggeliat marah
Laut menggelegak marah
Gunung menggertak marah
Sungai meluap marah
Semua disapa tanpa pandang wajah
Semua disapa tanpa kenal wilayah
Semua disapa tak peduli arah
Kehidupan mulai latah
Saling tuduh saling baku bantah

Ketika lingkungan sehat tinggal sejarah
Tinggal jadi paparan orasi ilmiah
Tingal `jadi bahan kajian cari ijazah
Tinggal jadi proyek petilasan obyek ziarah
Tinggal jadi bukti otentik historis naskah
Tinggal jadi gambar pajangan indah
Tinggal jadi tumpukan debu Museum Gajah

Ketika Nusantara menjadi kolam bencana tak bersudah
Ditimpali cukong hingga aparat jadi tukang jarah
Main tebas akhirnya belantara musnah
Main buru akhirnya satwa langka punah
Main gusur akhirnya masyarakat resah
Main politik akhirnya ekonomi parah
Dari presiden sampai lurah
Rebutan jadi tukang rayah

Ketika bukit gundul tersengat gerah
Kerontang menggunung sepah 2)
Tak mampu tampung hujan curah
Kota desa terlanda air limpah

Semua kebagian hidup basah
Hidup tanpa gairah
Nafas kehidupan penuh desah
Waktu ditunggu penuh gelisah
Detak jantung mempompakan resah
Kelompok mata liar merah
Membentuk barisan berarak darah
Menantang langit menyanyikan lagu gundah
Diiringi musik goyang sumpah
Diiringi lenggok kata serapah

Walau tangan tetap tengadah
Apakah kita hanya cukup pasrah
Tunggu uban berkalang tanah
Nasib hanya kita yang ubah
Tebalkan iman jangan goyah !!! (hn)

Keterangan : 1) gusah (bhs Jawa, = usir, halau) 2) sepah (bhs Jawa, = sisa tebu yang telah habis digiling)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar