Selasa, 17/05/2005
11:57
KETIKA CISADANE
Ketika lingkungan
sehat menjadi barang mewah
Walau hunian kredit
daya beli rakyat tetap lemah
Walau diobral harga
tetap tak terjamah
Tinggal dikontrakkan
terpaksa sering pindah Impian punya tempat tinggal layak pun raib musnah
Berkebalikan dengan
kebijakan pemerintah
Membangun
perkampungan megah
Menjulang apartemen
nan pongah
Memajang super mal
serba wah
Mendongkrak jalan tol
jadi alat belah
Bebaskan lahan tanpa
musyawarah
Atau kegebuk preman
berdasi rupiah
Memang, kaum hina
miskin selalu kalah
Memang, kaum papa
tinggal telan ludah
Memang, rakyat tak
punya hak sanggah
Ketika bantaran
sungai menjadi pilihan tak terbantah
Putar akal agar tak
kena gusah 1)
Putar otak agar lahan
terolah
Menjadi petak tidur
sekedar lepas lelah
Menjadi kandang
manusia geliat pun susah Jejalan renta sesak tapak bocah
Gubug bebas udara
batuk pun payah
Semua kegiatan
keluarga diusung dalam rumah
Sampai kebutuhan
membuat sisilah
Ketika Cisadane jadi
kubangan sampah
Tempat pembuangan
akhir limbah
Ampas industri tanpa
pilah
Buangan rumah tangga
semakin parah
Larut dalam lumpur
masalah
Cisadane jadi dangkal
bak petak sawah
Akhirnya polusi air
menjangkitkan wabah
Melalui gelombang air
bah
Menyapu segala tanpa
mau kalah
Kaum bantaran
hidupnya resah
Siap digusur,
dihalau, diusir bak penjajah
Oleh aparat
kesejahteraan bertangan galah
Menjadi kambing hitam
musibah
Menjadi biang segala
ulah
Ketika alam sudah tak
ramah
Bumi menggeliat marah
Laut menggelegak
marah
Gunung menggertak
marah
Sungai meluap marah
Semua disapa tanpa
pandang wajah
Semua disapa tanpa
kenal wilayah
Semua disapa tak
peduli arah
Kehidupan mulai latah
Saling tuduh saling
baku bantah
Ketika lingkungan
sehat tinggal sejarah
Tinggal jadi paparan
orasi ilmiah
Tingal `jadi bahan
kajian cari ijazah
Tinggal jadi proyek
petilasan obyek ziarah
Tinggal jadi bukti
otentik historis naskah
Tinggal jadi gambar
pajangan indah
Tinggal jadi tumpukan
debu Museum Gajah
Ketika Nusantara
menjadi kolam bencana tak bersudah
Ditimpali cukong
hingga aparat jadi tukang jarah
Main tebas akhirnya
belantara musnah
Main buru akhirnya
satwa langka punah
Main gusur akhirnya
masyarakat resah
Main politik akhirnya
ekonomi parah
Dari presiden sampai
lurah
Rebutan jadi tukang
rayah
Ketika bukit gundul
tersengat gerah
Kerontang menggunung
sepah 2)
Tak mampu tampung
hujan curah
Kota desa terlanda
air limpah
Semua kebagian hidup
basah
Hidup tanpa gairah
Nafas kehidupan penuh
desah
Waktu ditunggu penuh
gelisah
Detak jantung
mempompakan resah
Kelompok mata liar
merah
Membentuk barisan
berarak darah
Menantang langit
menyanyikan lagu gundah
Diiringi musik goyang
sumpah
Diiringi lenggok kata
serapah
Walau tangan tetap
tengadah
Apakah kita hanya
cukup pasrah
Tunggu uban berkalang
tanah
Nasib hanya kita yang
ubah
Tebalkan iman jangan
goyah !!! (hn)
Keterangan : 1) gusah
(bhs Jawa, = usir, halau) 2) sepah (bhs Jawa, = sisa tebu yang telah habis
digiling)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar