Jumat, 14/11/2003
09:37
MENYIASATI SABOTASE
PEMILU 2004
Ibarat dunia
kriminal, di dunia politik pun mempunyai modus operandi dalam mempertahankan
prestasi perolehan suara dalam Pemilu 1999. Berbagai cara dan upaya
dipraktekkan. Sinyalemen laporan dari yang berwajib tentang adanya sabotase
Pemilu 2004 bukan hal yang mustahil. Pelakunya dipastikan bukan orang jauh atau
orang luar. Paling tidak dari kalangan rekaan yang menghendaki status quo atau
munculnya suatu kondisi sehingga beralasan untuk mengemuka. Wajah lama -
khususnya yang jelas akan masuk kotak - ditambah muka baru yang malu-malu tapi
mau sebagai pemanas situasi, sebagai pengolah situasi tarik ulur berbagai
kepentingan.
Mempertahankan
prestasi Pemilu 1999 bukan pekerjaan yang gampang. Terlebih bagi yang belum
lunas tuntas, masih banyak tunggakan "hutang". Soal janji politik
yang tidak direalisasikan sebagai asas yang jamak, sebagai ciri politikus
tulen, sebagai atau berbagai cara untuk mengelak pun telah difahami. Bom waktu
- yang lebih akurat dan dahsyat dibanding bom bunuh diri versi JI - telah
disiapkan secara sistematis dan elegan oleh para elite politik.
Berbagai krisis multi
dimensi sebagai bingkai dari krisis multi partai. Bom rakitan dari mereka yang
jelas pantas akan masuk kotak tinggal tunggu jam tayang. Seperti diduga
sebelumnya dari elite politik akhirnya menjadi slilit politik. Sabotase menurut
uji coba dan penelitian di laboratorium forensik cabang lokal bisa terjadi
karena :
Pertama, klimaks dari
keputusasaan ratusan parpol yang tidak bisa ikut Pemilu 2004. Mereka berjibaku
dengan kalau dapat ya dapat sama-sama, kalau tidak dapat semua ya tidak dapat.
Sesuai dengan asas pemerataan nasib. Jelas beda dengan bagi-bagi kue nasional.
Kedua, akumulasi dari
rasa kecewa yang akut karena hanya duduk di bangku cadangan selama era
Reformasi yang kiblatnya telah bergeser. Bisa yang bersifat perseorangan /
pribadi dan yang lebih dominan adalah dari golongan yang justru telah mengeruk,
mengaduk, meneguk, menggaruk, menumpuk kandungan nusantara.
Ketiga, fungsi dari
berbagai tahapan dan tingkatan kehidupan yang semakin terpuruk menurut skala
norma manapun. Pemain watak bermunculan seiring pemahaman politik sebagai
satu-satunya cara untuk padamu negeri kami berbakti.
Terbukti pula para
pelaku sabotase selain melibatkan orang dalam terdapat pula para pelaku
berperan ganda. Minimal orang dalam memberikan peta ke orang lain atau pihaknya
sendiri untuk masuk. Inilah sabotase yang sebenarnya. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar