Halaman

Rabu, 09 Juli 2014

MENYIASATI SABOTASE PEMILU 2004

Beranda » Berita » Opini
Jumat, 14/11/2003 09:37

MENYIASATI SABOTASE PEMILU 2004

Ibarat dunia kriminal, di dunia politik pun mempunyai modus operandi dalam mempertahankan prestasi perolehan suara dalam Pemilu 1999. Berbagai cara dan upaya dipraktekkan. Sinyalemen laporan dari yang berwajib tentang adanya sabotase Pemilu 2004 bukan hal yang mustahil. Pelakunya dipastikan bukan orang jauh atau orang luar. Paling tidak dari kalangan rekaan yang menghendaki status quo atau munculnya suatu kondisi sehingga beralasan untuk mengemuka. Wajah lama - khususnya yang jelas akan masuk kotak - ditambah muka baru yang malu-malu tapi mau sebagai pemanas situasi, sebagai pengolah situasi tarik ulur berbagai kepentingan.

Mempertahankan prestasi Pemilu 1999 bukan pekerjaan yang gampang. Terlebih bagi yang belum lunas tuntas, masih banyak tunggakan "hutang". Soal janji politik yang tidak direalisasikan sebagai asas yang jamak, sebagai ciri politikus tulen, sebagai atau berbagai cara untuk mengelak pun telah difahami. Bom waktu - yang lebih akurat dan dahsyat dibanding bom bunuh diri versi JI - telah disiapkan secara sistematis dan elegan oleh para elite politik.

Berbagai krisis multi dimensi sebagai bingkai dari krisis multi partai. Bom rakitan dari mereka yang jelas pantas akan masuk kotak tinggal tunggu jam tayang. Seperti diduga sebelumnya dari elite politik akhirnya menjadi slilit politik. Sabotase menurut uji coba dan penelitian di laboratorium forensik cabang lokal bisa terjadi karena :

Pertama, klimaks dari keputusasaan ratusan parpol yang tidak bisa ikut Pemilu 2004. Mereka berjibaku dengan kalau dapat ya dapat sama-sama, kalau tidak dapat semua ya tidak dapat. Sesuai dengan asas pemerataan nasib. Jelas beda dengan bagi-bagi kue nasional.

Kedua, akumulasi dari rasa kecewa yang akut karena hanya duduk di bangku cadangan selama era Reformasi yang kiblatnya telah bergeser. Bisa yang bersifat perseorangan / pribadi dan yang lebih dominan adalah dari golongan yang justru telah mengeruk, mengaduk, meneguk, menggaruk, menumpuk kandungan nusantara.

Ketiga, fungsi dari berbagai tahapan dan tingkatan kehidupan yang semakin terpuruk menurut skala norma manapun. Pemain watak bermunculan seiring pemahaman politik sebagai satu-satunya cara untuk padamu negeri kami berbakti.

Terbukti pula para pelaku sabotase selain melibatkan orang dalam terdapat pula para pelaku berperan ganda. Minimal orang dalam memberikan peta ke orang lain atau pihaknya sendiri untuk masuk. Inilah sabotase yang sebenarnya. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar