Halaman

Rabu, 09 Juli 2014

BERAT, MENJADI RAKYAT BERMARTABAT

Beranda » Berita » Opini
Senin, 24/01/2005 09:21

BERAT, MENJADI RAKYAT BERMARTABAT

Di jalanan, sosok rakyat yang mempunyai keahlian / keterampilan mengemudi angkutan umum, tanpa peduli ngetem di bahu jalan. Bunyi klakson, raungan bajaj serta sumpah serapah pemakai lalu lintas yang antri di belakangnya, tak mampu mengusik nuraninya (utawa soal moral?). Kepentingan menjaring penumpang dan uber setoran menjadi pilihan utama.

Di jalanan, motor telah menjadi raja jalanan. Menjadi angkutan pribadi yang praktis dan berdaya tampung melebihi kapasitasnya. Antar anak sekolah, berangkat kerja, angkut barang dagangan sampai menjadi ojeg. Dalam kategori tertentu mereka jadi setan jalanan.

Di jalanan, memang banyak rakyat berkeliaran. Mengkais rejeki pagi. Mencari sesuap nasi. Mengelola ekonomi sehari. Mereka hidup dari jalanan. Jalan menjadi ladang utama. Menjalankan bisnis jalanan.

Di jalanan, ada hukum yang berlaku. Aturan main tilang, tarif parkir, PKL, tukang palak, tukang parkir, penjual koran di lampu merah, Pak Ogah yang berbagai pasalnya tidak memihak rakyat. Ironis, dijalanan tergelar episode rakyat makan rakyat?.

Di jalanan, demokrasi berjalan bebas berbasis manusia bebas, melahirkan free man. Preman. Banyak kejadian di jalanan yang mengilhami penguasa negara. Celakanya banyak rakyat yang pandai menghujat para pemimpin bangsa. Tetapi mereka tak pernah bercermin, bagaimana caranya menjadi rakyat bermartabat.

Di jalanan, rakyat berbaris. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar