Halaman

Senin, 14 Juli 2014

RINDU ORDER POLITIK

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 23/09/2003 11:29
RINDU ORDER POLITIK

Dalam panggung politik jika pemeran utamanya sedang full-order tentu akan mengatakan sanggup membagi waktu, semua dilakoni demi karir dan perjalanan hidup berbasis politiknya. Tidak ada kata sakit, sulit; tak ada kamus capai; tak mengenal istilah letih, loyo, lesu, lunglai, lemas, letoy, layu, linu - pokoknya yang serba "L". Yang tersirat hanya semboyan benang, genang, jenang, kenang, menang, renang, senang, tenang, wenang. Ketika pamor mulai kendor, ketika belang warnyanya mulai tersingkap terang, ketika bobot mulai melorot sejalan dengan proses pembenaran yang dibelakanginya. Tiba-tiba mereka rindu ... pada rasa sakit kepala tujuh keliling, pada rasa capai. Mendadak mereka alergi terhadap satu kata "L" yaitu lengser keprabon alias masuk kotak sang dalang tanpa pesangon. Berbagai dalih dan alasan akan mengemuka ketika wartawan lepas mewancarai kekekendoran aktivitasnya. Lebih berkonsentrasi pada kegiatan sebelum berpolitik. Lebih memperhatikan keluarga dan lingkungan. Akan melanjutkan studinya yang tertunda. Akan memperbaiki diri agar tampil lebih elegan di putaran berikutnya. Semua akan diluncurkan secara sistematis sebagai bentuk nyata adanya rindu order politik. Memang politik adalah segalanya dan segalanya untuk politik. Kita sudah menjadi manusia politik, yang memakan sesama, yang melahap kawan dalam lipatan, yang menelan hidup-hidup lawan seiring, yang mengunyah bayangan dan angan-angan sendiri. Apa menu politik hari ini ??? Siapa memakan siapa !!! (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar