Selasa, 23/09/2003 11:29
RINDU
ORDER POLITIK
Dalam panggung
politik jika pemeran utamanya sedang full-order tentu akan mengatakan sanggup
membagi waktu, semua dilakoni demi karir dan perjalanan hidup berbasis
politiknya. Tidak ada kata sakit, sulit; tak ada kamus capai; tak mengenal
istilah letih, loyo, lesu, lunglai, lemas, letoy, layu, linu - pokoknya yang
serba "L". Yang tersirat hanya semboyan benang, genang, jenang,
kenang, menang, renang, senang, tenang, wenang. Ketika pamor mulai kendor,
ketika belang warnyanya mulai tersingkap terang, ketika bobot mulai melorot
sejalan dengan proses pembenaran yang dibelakanginya. Tiba-tiba mereka rindu
... pada rasa sakit kepala tujuh keliling, pada rasa capai. Mendadak mereka
alergi terhadap satu kata "L" yaitu lengser keprabon alias masuk
kotak sang dalang tanpa pesangon. Berbagai dalih dan alasan akan mengemuka
ketika wartawan lepas mewancarai kekekendoran aktivitasnya. Lebih
berkonsentrasi pada kegiatan sebelum berpolitik. Lebih memperhatikan keluarga
dan lingkungan. Akan melanjutkan studinya yang tertunda. Akan memperbaiki diri
agar tampil lebih elegan di putaran berikutnya. Semua akan diluncurkan secara
sistematis sebagai bentuk nyata adanya rindu order politik. Memang politik
adalah segalanya dan segalanya untuk politik. Kita sudah menjadi manusia
politik, yang memakan sesama, yang melahap kawan dalam lipatan, yang menelan
hidup-hidup lawan seiring, yang mengunyah bayangan dan angan-angan sendiri. Apa
menu politik hari ini ??? Siapa memakan siapa !!! (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar