Selasa, 23/09/2003 11:20
JAMINAN
POLITIK
Beberapa gelintir
ketua umum parpol, khususnya pemenang Pemilu 1999, menduduki jabatan puncak dan
pucuk pimpinan di legislatif dan eksekutif. Masalahnya, kondisi krisis
berkelanjutan multi dimensi mau tak mau dipengaruhi kinerja para ketua umum
parpol tadi. Kaki kiri berpijak sebagai penyelenggara negara, kaki kanan
bertumpu seperan ketua umum parpol. Setiap langkah sudah memperhitungkan untung
rugi, setiap ayunan kaki sudah memprediksi risiko dan dampaknya. Pilihan
dilematis maupun dikotomis merupakan menu harian. Kewaspadaan diarahkan kepada
lawan politik, yang siap siaga menjegal setiap waktu. Bahkan intrik intern
parpol bisa menjadi hantu di siang bolong. Banyak pihak yang berang dengan
adanya rangkap jabatan.
Belajar dari sejarah
memang mahal, lebih mahal lagi kalau memungkiri garis edar orbit sejarah ke
depan. Daya juang, pola pikir dan sodok terkam mereka dibelit oleh batasan
waktu - antara pemilu dengan pemilu berikutnya. Balas jasa, kembali modal,
bekal hari tua menjadi wacana pergolakan hati selama duduk di kursi panas. Jika
pasca Pemilu 2004 masih senasib dengan pasca Pemilu 1999, dipastikan kecuali
kalau terjadi perimbangan perolehan suara, dimungkinkan perulangan Reformasi
yang lebih parah, yang lebih memperpuruk tatanan hidup berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar