Jumat, 03/08/2007
01:26
koruptor, jagoan atau
bego
Mobil pribadi, tak
perlu mewah, tak jelas jalur yang dipakai, kecepatan nanggung, karena pada
posisi yang menentukan utawa posisi kunci bahkan menyebabkan lalulintas
tersendat. tak ambil pusing, walu orang lain pusing tujuh turunan. Kendaraan
lain susah menyalip, dan memang tidak diberi kesempatan oleh si sopir atau
pengemudinya adalah pemilik mobil yang ingin membuktikan siapa dirinya. Di
jalanan pun dia merasa raja. Jalan menjadi milik pribadi. Bis atau angkutan
umum lainnya, jelas merajai jalanan tak peduli keamanan dan kenyamanan pengguna
lalulintas lainnya. Mulai dari ngetem, parkir bebas semau penumpang naik turun,
pindah jalur, ngerem mendadak, buangan asap knalpot merusak lingkungan,
........ sampai harus bersahabat dengan Pak Poltas untuk bagi-bagi rejeki.
Begitulah, tak terasa
bahwa uang bisa menata hukum agar hukum tunduk pada besarnya nilai nominal,
bukan pada pasal-pasal yang menjerat. Bisa-bisa si penegak hukum akan terjerat.
Fenomena jalanan, yang kita hadapi secara seksama tiap hari merupakan cikal
bakal mewabahnya virus korupsi di nusantara. Asas KUHP (kasih uang habis
perkara) bisa memperpendek kasus. Menagapa pula harus bertele-tele. Raja
jalanan, setan jalanan memang jagoan, terlebih sang raja setan jalanan super
jagoan.
Mereka tidak lupa
bahwa mereka telah menggadaikan nasibnya pada kekuatan uang. Siapa yang
menguasai uang akan menguasai hukum. Padahal merekalah yang dikuasai uang. Raja
setan jalanan menjelma menjadi penguasa di semua jalur kehidupan berbangsa,
bernegara dan berpolitk. Tak ada rambu-rambu yang berlaku dan patut ditiru.
Jadi, siapa itu dan siapa saja koruptor itu memangnya jagoan. Setiap rupiah
yang digasak akan menjadi bumerang. Mungkin bukan pengadilan di dunia yang
memvonisnya. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar