Senin, 04/11/2002
07:23
ANTARA LELANG OTAK
DAN LELANG MULUT.
Buat Mekar - konon,
ketika diadakan lelang otak berskala dunia, otak bangsa Indonesia sanggup
meraup harga dan prestasi penawaran tertinggi. Kemenangan tersebut diraih
berkat kategori "JARANG DIPAKAI", sebagai kategori wajib yang harus
diikuti. Berdasarkan pengalaman tadi, maka ketika diadakan lelang mulut antar
benua Indonesia sangat berharap sebagai pemenang.
Tanpa melalui seleksi
nasional, maka diutuslah sebuah mulut dengan kategori/spesifikasi "SERING
DIPAKAI" khususnya untuk urusan dalam negeri, sebagai duta bangsa
mengikuti acara bergengsi tersebut. Setelah mengalami proses lelang yang rumit,
bertele-tele dan adu argumentasi yang sangat melelahkan, akhirnya Indonesia
menempati posisi juru kunci. Bahkan tak ada yang mengajukan penawaran,
dijadikan souvenirpun bangsa termiskinpun enggan menerimanya. Untuk menghargai
partisipasi Indonesia akhirnya panitia mengambil kebijakan dengan mengawetkan
"mulut" tersebut sebagai bahan pajangan di museum.
Minimal kita bisa
berharap suatu saat akan jadi bahan kloning makhluk hidup pasca kiamat. Amien.
"Diam adalah emas" atau sejenis Gerakan Tutup Mulut yang dipraktekkan
oleh Presiden RI ke 5, di babak akhir era Reformasi, justru membuat pesaingnya
kebakaran jenggot kehabisan kata.
Banyak bicaralah yang
selama ini mewarnai era Reformasi. Hasilnya adalah polusi udara. Sulit
dibedakan untuk menentukan mana yang benar antara bicaranya tukang jual obat
dengan buka mulutnya pejabat.
Maklum di zaman Orde
Baru sudah ada perintis Bung Hari demi hari Omong Kosong, sebagai juru penjelas
atas petunjuk bapak presiden. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar