Halaman

Selasa, 08 Juli 2014

KKK, makar terselubung

Beranda » Berita » Opini
Rabu, 07/11/2007 08:09
KKK, makar terselubung

Konon, ketika gajah tak seperti sekarang, entah lebih besar atau lebih kecil, gerombolan mereka menemukan batu prasasti di puncak bukit Tidar, Jawa Tengah sekarang. Kawanan gajah membaca dan mengartikan tulisan yang terpahat di batu. Mereka sepakat, nanti akan ada manusia datang dan mendiami pulau Jawa. Datang berkelompok, membentuk masyarakat, akhirnya menjadi suatu suku, bangsa dan bernegara. Jika mereka bersatu, seperti bunyi di prasasti, mereka akan kokoh, kuat, dan tahan segala cuaca.

Manusia ada lemahnya dan memang akan kembali ke lemah (bahasa Jawa, tanah). Dengan kelemahan tersebut manusia bisa menjatuhkan yang kuat. Dibutuhkan akal kancil, akal bulus, dan liciknya serigala serta nyali yang tinggi utawa muka badak. Maksudnya, sebagai bangsa yang kuat, yang ditunjang berbagai komponen bangsa, akan runtuh dari dalam.

Bukannya rayap batu yang akan mengkikis habis, mulai dari batu yang tertanam dalam tanah. Tetapi perilaku anak bangsa, terutama punggawa kerajaan, yang mempunyai kesempatan dalam kesempitan untuk menggerogoti jiwa bangsa. Setelah sekian abad berjalan, kepastian yang tertera di prasasti terbukti.

Budaya KKK yaitu Korupsi, Kong-kaling-kong dan Konco dewe menjadi lagu wajib bagi penyelenggara negara. Banyak tokoh yang dilahirkan dari KKK. Pada umumnya mereka kebal hukum, bisa bebas dari jeratan berbagai pasal hukum. Karena uang adalah segalanya. Akhirnya kekokohan suatu bangsa, yang tersusun atas asas amanah, menjadi kikis sejalan beredarnya matahari. KKK memang tidak meledak, tetapi daya ledaknya melebihi pemberontakan bersenjata (hn).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar