Halaman

Kamis, 10 Juli 2014

LAYAK TAYANG vs TAYANG LAYAK

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 25/03/2008 11:04

LAYAK TAYANG vs TAYANG LAYAK

Hidup ini adalah misteri, penuh misteri, jadi tak perlu menguak misteri lainnya. Jika kita merasa hidup adalah perulangan harian, ternyata kita tak bisa berbuat banyak agar hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Kalau merancang dan merencanakan hari esok nan gemilang kita memang jagonya. Termasuk mengantipasi agar anak keturunan tidak jatuh miskin, kelaparan, serta serba mengalami berbagai kesulitan dalam hidup.

Betapa Presiden Orde Baru menghidupi anak cucunya, dengan alasan apa pun yang dilakukannya karena sebagai seorang bapak, kebetulan sebagai kepala negara. Pola ini berlanjut sampai sekarang, untuk semua jabatan. Memangnya orang kerja untuk siapa kalau bukan untuk anak isteri.

Kembali ke misteri, ketika media massa mendapat kebebasan berekspresi dan bereksperimen dengan gambar (ingat, satu gambar sama dengan seribu kata) dan deretan huruf, maka seolah tak ada misteri. Layar kaca menyajikan bagaimana menghidupkan misteri, mulai dari menjual mimpi sampai menjual aurat. Tepatnya, tayangan di TV adalah salah satu sisi gambaran kehidupan kita. Sisi lainnya didominasi kehidupan berbasis politik atau kehidupan politik di Nusantara.

Di panggung politik orang bebas mendirikan partai politik, di tayangan orang bebas membuat ragam acara berbagai episode sesuai selera.

Di panggung politik orang harus berani tampil beda tanpa malu, di tayangan bakat tidak diperlukan yang penting berani menonjol dan konyol.

Di panggung politik diwarnai oleh industri politik mengutamakan keuntungan duniawi, di tayangan diwarnai uang yang bicara sehingga acara dan waktu bisa dibeli.

Di panggung politik menjadi kutu loncat hal lumrah, di tayangan susah membedakan antara akting dengan siaran langsung.

Di panggung politik tak ada sekutu abadi dan tak ada seteru sejati, di tayangan apa pun bisa terjadi.

Di panggung politik orang bebas bicara, di tayangan bicara orang bebas.

Di panggung politik kebebasan mendukung popularitas, di tayangan popularitas mendukung kebebasan.

Di panggung politik sulit membedakan antara hitam dan putih, di tayangan sulit dicari orang hitam atau orang putih.

Di panggung politik tujuan menghalalkan segala cara, di tayangan yang haram justru menjadi nilai jual dan tujuan.

Di panggung politik sesama politisi utawa politikus boleh saling menjegal dan saling menjagal, di tayangan menu utama adalah jegal-menjegal serta jagal-menjagal dalam lipatan semu.

Di panggung politik dahulukan lelaki katimbang perempuan, di tayangan siapa menjadi lelaki utawa kapan menjadi perempuan tidak jelas.

Di panggung politik kontribusi dan target perjuangan ditentukan perolehan, di tayangan perolehan tidak jelas sebatas sama-sama rugi.

Di panggung politik masih ada akal dan nalar dalam menakar untung rugi finansial, di tayangan yang penting penonton harus merasa dirugikan, korban kerugian dan harus merugi luar dalam.

Di panggung politik ada proses pengkaderan, di tayangan justru menggalang dan menampung kader pornoragam.

Di panggung politik harus bisa baku mulut dan buka mulut, di tayangan tak ada yang tabu dilihat atau buta mata untuk melihat yang tabu.

Di panggung politik orang masih pilih-pilih menu, di tayangan borok dan sampah selebritis jadi hiburan resmi keluarga.

Di panggung politik ........ (hn).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar