Halaman

Sabtu, 12 Juli 2014

KETIKA AKU MALU

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 25/04/2006 08:30
KETIKA AKU MALU

Ketika budaya malu, urat malu, rasa malu, kadar malu nyaris terkikis habis dari haribaan pergaulan di NKRI ini, namun nun jauh di belakang lubuk hati nurani masih tersisa cilal bakal sumber malu. Gencarnya serbuan berita yang tendensius, rentetan peristiwa kriminal berselang-seling dengan pertarungan antar elite politik memperebutkan kekuasaan, kekayaan dan kekuatan selain menyebabkan kita kebal, menjadikan kita justru bisa melihat kenyataan.

Semangkin kenyataan itu ditutup-tutupi akan semangkin memperjelas hakikat dan eksistensi kebenaran, yang tak lekang di makan zaman, tak lapuk di kunyah sejarah serta tak layu di siram panas matahari. Tayangan dan tampilan fakta lebih mengarah pada kondisi yang kontradiktif. Orang berdasi boleh tak malu untuk melakukan tipikor, di relung lain orang risi melihat porno ndakdhut dipertontonkan.

Otak berfikir, ada berita penyelundupan barang terbongkar - entah melalui darat, laut utawa udara - soalnya arus penyelundupan jelas rutin setiap saat. Bukan berarti bak sample, seperti sarang perjudian digeropyok aparat dan petugas keamanan. Karena masalah koordinasi. Karena si tertangkap kurang melakukan koordinasi secara tawar-menawar dengan pihak berwenang. Artinya, terkadang kita dihebohkan oleh hal yang kecil. Kecil itu indah.

Menatap tayangan orang di NKRI, termasuk yang bermukin di ibukota negara ada yang menyandang gizi buruk, kurang gizi, busung lapar atau entah apa pun namanya. Kontradiksi, antara si mati kekenyangan dengan yang mati pelan-pelan akibat bencana pangan secara berkelanjutan.

Kita boleh malu. Kita bebas menyiram halaman, mencuci mobil dengan air berlimbah tanpa tepi, bersamaan ada bagian daerah NKRI yang kering kerontang. Ada air bah yang melimpah. Ada yang dehidrasi. Setetes air lebih berharga dibanding setitik emas. Ketika kita sendiri dan menyendiri, tanpa siapa pun. Seolah kita merdeka. Kejahatan mengintip. Dalih buang hajat, buang air besar. Tak terkira. Lubang WC penuh dengan isian . .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar