Selasa, 25/04/2006
08:30
KETIKA AKU MALU
Ketika budaya malu,
urat malu, rasa malu, kadar malu nyaris terkikis habis dari haribaan pergaulan
di NKRI ini, namun nun jauh di belakang lubuk hati nurani masih tersisa cilal
bakal sumber malu. Gencarnya serbuan berita yang tendensius, rentetan peristiwa
kriminal berselang-seling dengan pertarungan antar elite politik memperebutkan
kekuasaan, kekayaan dan kekuatan selain menyebabkan kita kebal, menjadikan kita
justru bisa melihat kenyataan.
Semangkin kenyataan
itu ditutup-tutupi akan semangkin memperjelas hakikat dan eksistensi kebenaran,
yang tak lekang di makan zaman, tak lapuk di kunyah sejarah serta tak layu di
siram panas matahari. Tayangan dan tampilan fakta lebih mengarah pada kondisi
yang kontradiktif. Orang berdasi boleh tak malu untuk melakukan tipikor, di
relung lain orang risi melihat porno ndakdhut dipertontonkan.
Otak berfikir, ada
berita penyelundupan barang terbongkar - entah melalui darat, laut utawa udara
- soalnya arus penyelundupan jelas rutin setiap saat. Bukan berarti bak sample,
seperti sarang perjudian digeropyok aparat dan petugas keamanan. Karena masalah
koordinasi. Karena si tertangkap kurang melakukan koordinasi secara
tawar-menawar dengan pihak berwenang. Artinya, terkadang kita dihebohkan oleh hal
yang kecil. Kecil itu indah.
Menatap tayangan
orang di NKRI, termasuk yang bermukin di ibukota negara ada yang menyandang
gizi buruk, kurang gizi, busung lapar atau entah apa pun namanya. Kontradiksi,
antara si mati kekenyangan dengan yang mati pelan-pelan akibat bencana pangan
secara berkelanjutan.
Kita boleh malu. Kita
bebas menyiram halaman, mencuci mobil dengan air berlimbah tanpa tepi,
bersamaan ada bagian daerah NKRI yang kering kerontang. Ada air bah yang
melimpah. Ada yang dehidrasi. Setetes air lebih berharga dibanding setitik
emas. Ketika kita sendiri dan menyendiri, tanpa siapa pun. Seolah kita merdeka.
Kejahatan mengintip. Dalih buang hajat, buang air besar. Tak terkira. Lubang WC
penuh dengan isian . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar