Rabu, 03/11/2004
08:40
KEMBALI KE HATI
NURANI
Alih kuasa Orde Lama
ke Orde Baru di awali dengan paradigma tuntutan hati nurani rakyat (hanura),
dengan Tritura (inti kandungan lokal adalah antikomunis dan antikemiskinan)
yang heroik. Itu dulu kata pariwara. Perjalanan hanura mengalami pasang surut.
Pemerintah Orba sangat alergi dengan kata ‘rakyat’. Sampai-sampai wakil rakyat
diindoktrinasi untuk membebek pada penguasa tunggal negara. Bagi kekuatan
berbasis rakyat, atau mengatasnamakan rakyat walau senyatanya dimensi keterbelakangan, kemiskinan,
kebodohan menjadi hak milik rakyat akan
mudah dibungkam.
Anti kemampanan
merupakan stigma yang paling mudah dituduhkan. Anti Pancasila dan anti UUD 1945
sebagai solusi jitu untuk memvonis pemikiran apalagi pergerakan yang mengedepankan
demokrasi. Daulat rakyat menyebabkan pemerintahan Bapak Pembangunan bisa
melampaui waktu kepemimpinan Pemimpin Besar Revolusi. Di era Reformasi, muncul
stigma teroris untuk meninabobokan nurani. Persoalan yang mencuat bak puncak
gunung es. Antitheis berubah ragam menjadi pemurtadan secara sistematis.
Kemiskinan lebih
terstrukturkan dan formal. Dengan bekal miskin inilah muncul partai politik
yang platformnya serupa tapi tak jauh beda. Yaitu takut miskin dan takut
kelaparan. Pertikaian antara dan antar penyelenggara negara lebih transparan
dan nyaris tanpa sabuk pengaman. Beritanya menyaingi tindak kriminal. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar