Halaman

Selasa, 15 Juli 2014

KEMBALI KE HATI NURANI

Beranda » Berita » Opini
Rabu, 03/11/2004 08:40
KEMBALI KE HATI NURANI

Alih kuasa Orde Lama ke Orde Baru di awali dengan paradigma tuntutan hati nurani rakyat (hanura), dengan Tritura (inti kandungan lokal adalah antikomunis dan antikemiskinan) yang heroik. Itu dulu kata pariwara. Perjalanan hanura mengalami pasang surut. Pemerintah Orba sangat alergi dengan kata ‘rakyat’. Sampai-sampai wakil rakyat diindoktrinasi untuk membebek pada penguasa tunggal negara. Bagi kekuatan berbasis rakyat, atau mengatasnamakan rakyat  walau senyatanya dimensi keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan menjadi hak milik rakyat  akan mudah dibungkam.

Anti kemampanan merupakan stigma yang paling mudah dituduhkan. Anti Pancasila dan anti UUD 1945 sebagai solusi jitu untuk memvonis pemikiran apalagi pergerakan yang mengedepankan demokrasi. Daulat rakyat menyebabkan pemerintahan Bapak Pembangunan bisa melampaui waktu kepemimpinan Pemimpin Besar Revolusi. Di era Reformasi, muncul stigma teroris untuk meninabobokan nurani. Persoalan yang mencuat bak puncak gunung es. Antitheis berubah ragam menjadi pemurtadan secara sistematis.

Kemiskinan lebih terstrukturkan dan formal. Dengan bekal miskin inilah muncul partai politik yang platformnya serupa tapi tak jauh beda. Yaitu takut miskin dan takut kelaparan. Pertikaian antara dan antar penyelenggara negara lebih transparan dan nyaris tanpa sabuk pengaman. Beritanya menyaingi tindak kriminal. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar