Rabu, 21/11/2007 03:06
JALAN
BENAR vs BENAR JALAN
Tergelak kita, walau
tak sampai terbahak. Boleh tersenyum kecut sambil kentut. Boleh iri tetapi
pantang iri. Boleh kalah, asal jangan sampai menyerah. Jangan takut salah
langkah, asal jangan serakah. Apa yang kita lihat sekarang, berbagai kejadian
yang harus kita nikmati dan akan terjadi lagi. Lebih banyak lagi kejadian yang
seharusnya tak terjadi. Karena ulah dan polah oknum manusia, banyak tragedi
malah terjadi.
Manusia diciptakan
oleh-Nya bukan untuk berbuat sia-sia, terlebih sebagai perusak utama di muka
bumi. Menurut urutan dan pijatan diagnosa dokter pribadi manusia, kondisi
bangsa ini telah sampai pada stadium penyakit yang menyakitkan dan fatal,
minimal ada anggota badan yang dikorbankan, diamputasi. Celakanya, yang harus
diamputasi adalah batang leher, ke atas maupun ke bawah sami mawon. Kendaraan
pribadi di Jakarta akan dikendalikan. Pajaknya yang menembus angka 5 trilyun
per tahun akan dikendalikan pemanfaatannya.
Artinya butuh
keberanian untuk kendali-mengendali. Siapa yang mengawasai pengendalian ini.
Tak heran kita, ternyata manusia termasuk pembaca, sulit untuk mengendalikan
diri sendiri. Entah karena menyangkut rupiah, atau karena kekuatan eksternal
lebih dominan. Timbunan hati nurani kalah dengan gonggongan tirani. Gerogotan
internal dengan adanya aliran sesat menambah beban batin anak bangsa.
Masih banyak anak
bangsa yang ingin berjalan benar, namun antrian di depannya masih belum
bergerak. Antrian terdepan sudah melampaui ambang batas norma berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat. Antrian terbelakang masih berada di garasi.
Antrian mencapai titik zenith, generasi penerus sudah antri. Banyak yang tak
sabar, mereka membentuk antrian sendiri. Antrian lima tahunan tetap menarik
perhatian, baik di tingkat lokal sampai tataran nasional. Dengan judi orang
akan mundur satu generasi, dengan korupsi akan rusak satu generasi. Politik
dijalankan tidak berada di jalan yang benar atau hanya berjalan di tempat utawa
hanya menguntungkan petinggi, pengurus dan kadernya maka cikal bakal generasi
sudah terkontaminasi (hn).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar