Halaman

Kamis, 10 Juli 2014

AHLI DAN TUKANG HISAP

Beranda » Berita » Opini
Senin, 13/02/2006 09:17

Walau dilematis, kelahiran perokok sangat dinantikan oleh Ibu Pertiwi. Semangkin dilarang, semangkin menggila. Pabrik rokok tak mungkin untuk digrebeg. Petani tembakau tak mungkin dirazia. Ahli peneliti dan pengembangan tanaman tembakau nyaris dipuja. Statemen pemerintah, melalui pemuka yang sedang cari muka, mengatakan bahwa daun tembakau jika dikonsumsi secara baik, benar dan bersahaja dapat meningkatkan dan memperpanjang nafas buatan.

Daun tembakau setelah diolah berdasarkan resep adiluhung dan dikemas secara steril, dapat dibakar, dihisap, dikepulkan asapnya sambil membayangkan bahwa dunia ini warisan nenek moyangnya. Memang, ketika orang dan manusia Nusantara mempercayakan sesuatu kepada bukan ahlinya, maka kita tinggal proses penghancuran diri secara sistematis. Politikus utawa politisi memang ahli di bidangnya. Begitu keluar dari orbitnya, akan terjadi gravitasi sehingga terpaksa memakai aturan main negara lain.

Celakanya, kalau si ahli merangkap jabatan. Jabatan rangkap pada posisi yang kontradiksi. Terlebih untuk mengejar dan mempertahankan popularitas semu. Ikhwal ini banyak dijumpai di panggung hiburan dan komedi picisan. Termasuk pelantun ndang dhut. Yang tak bisa membedakan antara goyang panggung dan goyang-goyangan. Irama kehidupan pribadi yang mengatasnamakan moral jauh beda dengan slogan anti goyang yang didakwahkan.

NKRI tak merasa dirugikan atas ulah perokok lokal, regional, nasional maupun mereka yang penuh akal. Mulai akal bulus sampai yang ahli mengakali kadal sekalipun. Mengkadali kadal analog dengan menangkap hidup-hidup koruptor. Justru negara akan rugi besar jika perokok dan rokok hilang dari peredaran. Puntung rokok pun bisa mendatangkan kesejahteraan bagi pemulung. Koruptor terbasmi pun belum tentu uang kembali. Uang hasil jarahan pada umumnya selain sulit dibuktikan juga sulit kembali. Ibarat membakar rokok. Jadi, berbagai keahlian dan tenaga ahli yang beredar di NKRI ini wajib dilestarikan, agar mereka tak saling mencaplok, merampok dan menohok. Minimal saling olok. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar