Selasa, 25/04/2006
08:39
Dari segudang ragam porno di NKRI,
baik produk lokal domestik berbasis nilai tradisional adiluhur, maupun hasil
dari adopsi dan kawin campur dengan budaya regional sampai internasional lebih
didominasi yang berakar pada perwujudan rasa seni dengan mengedepankan aroma
syahwat, terutama yang bergelar pornondankdhut.
Aroma irama pornondankdhut sudah
tidak bisa membedakan maknawi dalil agama, sifat normatif hidup beradab, asal
pentas unjuk raga dan swara untuk umum dan diterima khalayak secara suka cita,
maka semua urusan dunia menjadi sah, tidak ada urusan halal utawa haram. Urusan
akhirat itu urusan nanti.
Penikmat pornondankdhut sangat
beragam dan tidak mengenal batas beragama.
Penikmat pornondankdhut bisa
melahirkan budaya baru. Celakanya, media massa, khususnya layar kaca tanpa
sungkan dengan dalih kebebasan berekspresi secara jantan dan humanis
menayangkan dunia pornondankdhut. Raja, ratu, patih, pendeta Dorna, cakil......
sampai punggawa ndankdhut ..... bahkan presiden .... tersusun dengan rapi bak kerajaan
kecil. Dampak pornondankdhut melebihi dampak penikmat rokok. Semangkin dilarang
semangkin menggila.
Aroma irama pornondankdhut dikemas
yang terkadang bernuansa mistis sesuai titisan setan ke tujuh. Pakem
pornondankdhut selain paten, sudah menjadi hak milik penganut dan pemuja
kebebasan tanpa batas. Uji patut dan uji layak untuk menjadi punggawa
pornondankdhut sangat sederhana.
Aroma irama pornondankdhut dalam
karirnya telah gemilang meracuni generasi yang belum lahir. Orang sakit pun
jika dilantunkan dendang ndankdhut akan segera selesai sakitnya, berganti
dengan sakit yang lain atau kalau tidak bisa-bisa malah ndank modar. Lain hal
jika orang sakit jiwa diperdengarkan atau dipertontonkan aliran porni ndankdhut
mungkin akan menemukan jati dirinya.
Aroma irama pornondankdhut dianut
dan dipanut dari goyang jalanan sampai selebritis picisan. Lantunan nada
agamais hanya kedok untuk mencari popularitas diri. Kalau perlu ikut partai
politik tertentu agar bisa tampil, penuh gaya dan sensasional. Menghalalkan
segala cara. Kalau ada pesaing, akan memanfaatkan pepatah domba berbulu musang.
Sesama peporno boleh saling libas. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar