wajah Nusantara, mau antri harus masuk daftar
tunggu
Tidak hanya salah
sekali, bisa salah berkali-kali jika disebut bahwa orang dan/atau manusia
Indonesia tidak mempunyai budaya antri.
Skala harian, bisa kita
saksikan antrian jelang gerbang tol, untuk bayar tol. Langsung tunai atau pakai
kartu bayar elektronik. Kendaraan pribadi sampai angkutan barang maupun
angkutan penumpang seolah rapi berbaris di jalurnya. Soal main serobot, memang
budaya asli, turun termurun.
Antrian di kasir mal,
toserba juga sebagai bukti sederhana adanya budaya antri.
Ambil air wudhu di
masjid, walau ada puluhan kran, karena jamaah berjubel, terjadilah budaya
antri. Toilet di bandara bisa terjadi budaya antri penumpang yang baru turun
dari pesawat, menjadi hal wajar. Pesawat mau take off harus antri untuk masuk
landasan pacu.
Mungkin, bangsa semut
yang mempunyai budaya antri. Tidak hanya sabar dalam antrian sambil membawa
makanan. Saat sua sesama semut seperti saling sapa, senyum, salam. Saling tukar
indormasi dan berita situasi lokasi mana yang banyak rezeki.
Jangan lupa melongok
sepak terjang manusia politik. Mereka tidak hanya memakai rumusan budaya antri
yang linier, mengular. Mau tak mau, harus menerapkan budaya rintisan, budaya
karir setapak demi setapak, budaya antrian secara berjenjang, bertahap.
Bedanya, di panggung, industri,
syahwat politik, ada obat kuat, ada obat memperlancar, mempercepat karir. Obat tahan
malu yang paling laku, laris dan dipakai. Obat perangsang agar cepat matang,
agar cepat dewasa, agar cepat berbobot.
Tidak hanya aneka bentuk
ideologi dunia ada di NKRI. Modus operadi pelaku politik bahkan melampaui tata krama
politik internasional.
Ada benang merah
pergerakan politik di negara-negara anggota ASEAN. Namanya kekuasaan,
menjadikan apa saja bisa terjadi.
Hanya di dunia politik,
tidak ada istilah daftar tunggu. Pakai ilmu katak, injak kanan-kiri, sikut
kiri-kanan agar muncul di permukaan. Agar melaju menyalip saingan, lawan politik
dan sekaligus melibas kawan sepermainan, konco dw. Bolo dw. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar