Halaman

Rabu, 09 Agustus 2017

wajah Nusantara, mau antri harus masuk daftar tunggu



wajah Nusantara, mau antri harus masuk daftar tunggu

Tidak hanya salah sekali, bisa salah berkali-kali jika disebut bahwa orang dan/atau manusia Indonesia tidak mempunyai budaya antri.

Skala harian, bisa kita saksikan antrian jelang gerbang tol, untuk bayar tol. Langsung tunai atau pakai kartu bayar elektronik. Kendaraan pribadi sampai angkutan barang maupun angkutan penumpang seolah rapi berbaris di jalurnya. Soal main serobot, memang budaya asli, turun termurun.

Antrian di kasir mal, toserba juga sebagai bukti sederhana adanya budaya antri.

Ambil air wudhu di masjid, walau ada puluhan kran, karena jamaah berjubel, terjadilah budaya antri. Toilet di bandara bisa terjadi budaya antri penumpang yang baru turun dari pesawat, menjadi hal wajar. Pesawat mau take off harus antri untuk masuk landasan pacu.

Mungkin, bangsa semut yang mempunyai budaya antri. Tidak hanya sabar dalam antrian sambil membawa makanan. Saat sua sesama semut seperti saling sapa, senyum, salam. Saling tukar indormasi dan berita situasi lokasi mana yang banyak rezeki.

Jangan lupa melongok sepak terjang manusia politik. Mereka tidak hanya memakai rumusan budaya antri yang linier, mengular. Mau tak mau, harus menerapkan budaya rintisan, budaya karir setapak demi setapak, budaya antrian secara berjenjang, bertahap.

Bedanya, di panggung, industri, syahwat politik, ada obat kuat, ada obat memperlancar, mempercepat karir. Obat tahan malu yang paling laku, laris dan dipakai. Obat perangsang agar cepat matang, agar cepat dewasa, agar cepat berbobot.

Tidak hanya aneka bentuk ideologi dunia ada di NKRI. Modus operadi pelaku politik bahkan melampaui tata krama politik internasional.

Ada benang merah pergerakan politik di negara-negara anggota ASEAN. Namanya kekuasaan, menjadikan apa saja bisa terjadi.

Hanya di dunia politik, tidak ada istilah daftar tunggu. Pakai ilmu katak, injak kanan-kiri, sikut kiri-kanan agar muncul di permukaan. Agar melaju menyalip saingan, lawan politik dan sekaligus melibas kawan sepermainan, konco dw. Bolo dw. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar