Indonesia masih hijau tapi rekam jejak bak tuan/nyonya 72
tahun
Kita boleh bangga binti
girang, bahwasanya sebagai satu-satunya negara di dunia yang menganut asas
tunggal Pancasila. Tak heran binti takjub, jika banyak fakta langka, kejadian unik,
perkara ajaib, peristiwa antik maupun pasal ganjil dan/atau genap.
Semisal, siapa yang
menanam belum tentu dia yang akan memanen, memetik hasilnya maupun menikmati
manfaatnya. Kecualai ada catatan amal di sisi Allah swt. Waktu bersamaan, siapa
yang berkeringat malah orang lain yang naik pangkat, menjadi pejabat.
Gaji tukang batu per
hari, tampak dan memang di atas upah buruh/pekerja per bulan. Hebatnya lagi
kawan, siapa atau pihak mana yang berbuat maka malah orang lain yang akan menanggung
akibat.
Hal yang wajar terjadi
di industri politik Nusantara. Padahal, di pentas politik, walau “salah” tetapi
banyak peminatnya, maka akan menjadi benar, minimal wajar. Sebaliknya, jika ada
unsur pidana “benar” tetapi karena penganutnya cuma sedikit, bisa dianggap atau
masuk kategori “salah”. Walhasil, bahwa “baik dan benar” itu karena didukung
secara aklamasi, banyak yang memilih.
.
Akhirnya, kalau zaman
Orde Baru ada istilah atau jargon “atas petunjuk bapak presiden”, di era atau
periode 2014-2019 ini yang terjadi presiden lapor ke atas dan halo-halo ke
bawah. Maksudnya – tanpa maksud apa-apa. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar