semua manusia Indonesia pernah jadi orang
Tanpa
niat secuwilpun untuk mendiskreditkan – apalagi main kartu kredit – awak bangsa
sendiri. Kehidupan mingguan yang dimulai hari senin, seperti rutinitas yang
tidak membosankan namun menjemukan. Dengan sadar dilakoni ulang. Bahkan
kehidupan harian, yang dimulai sebelum fajar berkibar.
Tiap
lima tahun sekali, pemerintah maupun pemerintah daerah menyelenggarakan pesta
demokrasi. Pilkada, pemilu legislatif dan pilpres menjadi agenda resmi. Sudah
ada perubahan, mulai pilkada serentak. Tak ayal akan ada pemilu serentak di
tahun 2019. Menyangkut hajat semua manusia yang menghuni di Nusantara, bukan
pekerjaan mudah.
Sebelum
masuk ke bedah otak-atik olahkata, kita simak apa itu frasa “dikuasai oleh
negara”, dengan membuka UUD NRI
tahun 1945. Fokus pada pasal 33 ayat (2) dan (3) yang tidak mengalami perubahan
:
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuksebesar-besar kemakmuran
rakyat.
Frasa
“menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara” mengalami
makna atau tafsiran yang pasang surut. Terkait dengan pesta demokrasi dan
khususnya manusia dan/atau orang macam apa yang menjadi yang disebut negara.
Proses kehidupan manusia dan/atau orang Indonesia
bersifat linier, menerus sesuai dengan peredaran waktu dan perytambahan
umur/usia. Memang, ada faktor genetis yang mempengaruhi sifat anak keturunan. Faktor
bawaan. Islam tidak mengenal dosa yang diturunkan. Tidak mengenal hukum karma. Tidak
ada ayat tentang reinkarnasi.
Skenario Allah atas perjalanan hidup manusia dan alam
semesta tempat semua makhluk ciptaan-Nya hidup bersatu, acap tidak bisa
diprediksi, dideteksi oleh manusia. Kejadian yang nyaris berulang, tipikal yang
dianggap alami tidak disadari oleh kita.
Pemerintah secara definitif diisi oleh manusia dan/atau
orang yang menang pesta demokrasi. Penyelenggara negara secara yuridis formal
di tangan juara umum pesta demokrasi.
Jadi negara dikuasai partai politik. Segelintir manusia
dan/atau orang Indonesia yang sedang kontrak politik lima tahun atau satu
periode, menguasai hajat hidup orang banyak – sebanyak rakyat yang ada selain
mereka – yang dampak nyatanya terasa setelah periode selesai. Nafsu binatang
politik menjadikan efek dominonya langsung terasa di tahun pertama.
Selain ideologi tak ada matinya, jangan cari bukti atau
minta bukti, tapi fakta sejarah. Pelaku sejarah yang pejuang ideologi juga
pantang mundur, pantang surut. Semua rintangan diterabas. Tidak perlu membabi
buta. Dominasi akal, nalar, logika politik menjadikan hati menjadi buta. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar