semangat proklamasi vs semangat melek merdeka
Akhlak politik, ramah
politik Nusantara berbaur menyatu dengan
sikap ramah investor dibalut dengan gaya rekonsiliasi internasional, menjadikan
sang penguasa memiliki moral politik “sendiko dawuh”. Indonesia représéntasi dan miniatur idéologi
dunia.
Tidak ada yang salah
dengan moral politik “sendiko dawuh”. Karena untuk bisa
berhal demikian dibutuhkan nyali yang di atas rata-rata nasional. Gelar “muka
tembok” saja belum cukup, baru syarat administrasi. Mengorbankan rakyat demi
ambisi politik, tidak masalah. Asal rakyat sudah menggunakan hak
konstitusionalnya dengan mencoblos pilihan hati di pesta demokrasi. sudah lebih
dari cukup. Rakyat jangan diberi hati, nanti malah akan merogoh kursi.
Serapat-rapat kawanan politik memendam dendam politiknya,
semakin lama malah semakin aroma iramanya tidak bisa dibedakan hakikatnya. Dadu
politik Nusantara seperti kembali dan mengulang modus politik zaman Orba. Kendati
dilempar langung, uumum, bebas dan rahasia, hasilnya hanya selalu memunculkan simbol yang sama. Padahal
ada enam bidang. Paling tidak simbol itu bervariasi dengan asas “serupa tapi
tak sewajah”. Jangan tanya apa warna dominannya. Tentu beda dengan warna
kebanggan Orba.
Tata niaga politik dalam negeri, semakin terukur berkat
campur tangan pihak pengatur lalu lintas perdagangan ideologi. Jangan abaikan dan lalaikan layanan jasa biro jasa satuan
tugas jalan raya dalam mengawal keamanan dalam negeri. Khususnya dalam
mengendalikan harga garam dapur di pasar tradisional sejak dini. Sejak garam
masih bagian dari laut bebas. Cikal bakal garam hidup bebas, masih berkumpul
dengan kelompok, komplotan, koalisinya di perairan masing-masing.
Citra politik
dalam negeri semakin menjadikan diri ini siap menerima kedatangan tamu agung. Siap
menampung tamu agung dengan izin khusus. Khususnya dari negara yang diklaim
sebagai negara paling bersahabat. Di luar kerabat, kerukunan, paguyuban ASEAN.
Seolah bangsa
ini mengundang bangsa asing untuk membuka cabang resmi. Membuka kantor perwakilan
asing dengan segala urusan yang bisa menentukan jalannya revolusi mental. Menentukan
nasib bangsa dan negara. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar