Halaman

Sabtu, 12 Agustus 2017

semangat proklamasi vs semangat melek merdeka



semangat proklamasi vs semangat melek merdeka

Akhlak politik, ramah politik Nusantara  berbaur menyatu dengan sikap ramah investor dibalut dengan gaya rekonsiliasi internasional, menjadikan sang penguasa memiliki moral politik “sendiko dawuh”. Indonesia représéntasi dan miniatur idéologi dunia.

Tidak ada yang salah dengan moral politik “sendiko dawuh”. Karena untuk bisa berhal demikian dibutuhkan nyali yang di atas rata-rata nasional. Gelar “muka tembok” saja belum cukup, baru syarat administrasi. Mengorbankan rakyat demi ambisi politik, tidak masalah. Asal rakyat sudah menggunakan hak konstitusionalnya dengan mencoblos pilihan hati di pesta demokrasi. sudah lebih dari cukup. Rakyat jangan diberi hati, nanti malah akan merogoh kursi.

Serapat-rapat kawanan politik memendam dendam politiknya, semakin lama malah semakin aroma iramanya tidak bisa dibedakan hakikatnya. Dadu politik Nusantara seperti kembali dan mengulang modus politik zaman Orba. Kendati dilempar langung, uumum, bebas dan rahasia, hasilnya  hanya selalu memunculkan simbol yang sama. Padahal ada enam bidang. Paling tidak simbol itu bervariasi dengan asas “serupa tapi tak sewajah”. Jangan tanya apa warna dominannya. Tentu beda dengan warna kebanggan Orba.

Tata niaga politik dalam negeri, semakin terukur berkat campur tangan pihak pengatur lalu lintas perdagangan ideologi. Jangan abaikan dan lalaikan layanan jasa biro jasa satuan tugas jalan raya dalam mengawal keamanan dalam negeri. Khususnya dalam mengendalikan harga garam dapur di pasar tradisional sejak dini. Sejak garam masih bagian dari laut bebas. Cikal bakal garam hidup bebas, masih berkumpul dengan kelompok, komplotan, koalisinya di perairan masing-masing.

Citra politik dalam negeri semakin menjadikan diri ini siap menerima kedatangan tamu agung. Siap menampung tamu agung dengan izin khusus. Khususnya dari negara yang diklaim sebagai negara paling bersahabat. Di luar kerabat, kerukunan, paguyuban ASEAN.

Seolah bangsa ini mengundang bangsa asing untuk membuka cabang resmi. Membuka kantor perwakilan asing dengan segala urusan yang bisa menentukan jalannya revolusi mental. Menentukan nasib bangsa dan negara. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar