Indonesia di bawah sugesti Pancasila
Indonesia memang
Indonesia. Aneka tindakan, serba peristiwa, berbagai kejadian, variasi perkara
yang tak masuk akal pun bisa terwujud. Atau kontradiksinya, demi mendukung
jalannya cerita, maka direkayasa telah terjadi sesuatu.
Yang semula samar-samar,
karena mengganggu wibawa negara, maka dibuat tampak jelas tanpa batas pagar. Semula remang-remang,
atas kehendak, keinginan dan tuntutan pasar bisa ditayangkan secara terang-benderang.
Berhal kemajuan,
Indonesia punya riwayat sendiri. Kalau didorong maju, malah bersikukuh dengan
posisinya. Tidak mau maju. Merasa aman, nyaman di tempat kedudukannya. Sebaliknya,
kalau didorong ke belakang agar jangan mengganggu lalu lintas. Malah dengan
sekuat daya mempertahankan diri, jangan sampai tergusur, tergeser apalagi
tersingkir.
Kata “dilarang” malah sebagai pratanda “boleh”, sesuai takaran
masing-masing. Terlebih dengan ungkapan”barang siapa”, semakin menjadikan
semua pihak mempunyai kebebasan, sesuai daya tahan, kekebalan jiwa raga.
Lembaran peta politik
Indonesia tak akan lepas dari sejarah pergerakkan menuju Indonesia Merdeka. Salah
banyak fakta terjadi adalah bahwasanya ideologi tak ada matinya. Mereka para
penganut paham, aliran politik tertentu, bisa bergerak bebas dengan organisasi
tanpa bentuk. Menumpang hidup di sebuah partai politik yang berorientasi pada
orang, tokoh. Bukan berorientasi pada sistem politik.
Jangan heran jika sampai
periode 2014-2019 aroma irama politik Nusantara sudah terkontaminasi skenario investor
politik negara paling bersahabat.
Allah swt tak akan meninggalkan
bangsa ini. Di lapisan dasar masyarakat, di ambang bawah rakyat, suasana persatuan
dan kesatuan bangsa masih terjadi. Keberadaan Pancasila masih terasa nyata. Walau
tanpa rumusan yang bak buku suci. Yang penting praktiknya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar