Antisipasi Kesenjangan SDM Antardaerah
Momok pembangunan nasional adalah
masih terjadinya warisan disparitas atau kesenjangan, ketimpangan antar daerah
dari berbagai aspek. Salah satunya atau bahkan yang menentukan adalah sumber daya
manusia (SDM).
Bagaimana pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota menterjemahkan
hakikat kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional sangat dinamis.
Dampak pilkada menjadikan sistem pendidikan nasional menjadi komoditas politik.
Menjadi bahan kampanye yang kita kenal dengan jargon “sekolah gratis”.
Elit politik lokal tingkat
kabupaten/kota yang berhasil memenangkan pilkada, tidak otomatis siap berkerja
membangun daerahnya. Kebijakan untuk menempatkan siapa yang layak pada jabatan
di perangkat daerah, selalu menimbulkan polemik berkepanjangan. Kendati sudah
ada lelang jabatan, namun terkadang hasilnya sudah bisa diduga.
Jika ditarik mundur, dengan adanya
wacana alih kelola SMAN/SMKN ke provinsi, sebagai hal yang kebetulan atau
peluang dan kesempatan. Karena gubernur sebagai perpanjangan tangan Pemerintah
dapat mengelola dalam arti pemerataan pendidikan antarkabupaten / antarkota.
Pemerintah provinsi dengan hasil
perumusan kebutuhan nyata dan kemampuan nyata kabupaten/kota akan pendidikan
menengah, dapat memadukan dengan kebijakan nasional.
Memang tidak mudah menembus sekat politik
antardaerah di provinsi. Bupati / walikota dengan semangat otonomi daerah dan
dipilih langsung oleh rakyat, dalam praktiknya merasa bukan sebagai bawahan
gubernur. Apalagi jika sudah terjadi politik dinasti. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar