gol bunuh diri Jokowi
pada laga kandang pilpres 2019
Seolah-olah, kalau wong
Jawa bilang ‘olah-olah’ artinya njangan. Masak sayur. Terkadang ‘olah-olah’
bisa diasumsikan berkreativitas. Kalau ‘obah-obah’ maksudnya barang di
tempat namun bisa bergerak-gerak.
Kembali ke naluri alami
sebagai pengolah kata menjadi menu santapan jiwa raga berkebangsaan. Sebagai
rakyat tentu tanpa diminta tetap berdoa bagi keselamatan nusa bangsa.
Bersyukur karena selama
ini tidak terdaampak langsung dari bencana politik. Tidak salah kalau olahan
barisan pekerja, petugas, penggila, pegiat, pelaku dan sebutan semaksud partai
politik menjadi senjata makan tuan.
Memang bisa dirasakan
bahwa dengan ramuan ajaib revolusi mental, langkah catur dan gebrakan dadu
politik Jokowi plus minus JK, cukup sederhana. Lihat saya tindak laku
relawannya, mereka saling libas. Jokowi hanya terkekeh. Bolo dupak Jokowi
memang ahli bermain, berperan ganda dalam maksud ambil sisi keuntungan dari dua
kutub, dua kubu yang berseteru, berseberangan.
Sudah menjadi rahasia
umum, hadapi tengah paruh akhir periode 2014-2019, banyak pihak sudah siaga
satu. Sistem pemilu serentak 2019,
antara pemilu legislative bareng dengan pilpres. UU Pemilu digodog dengan
mengakomodir semua pihak yang berkepentingan. Tak terkecuali pihak asing yang
katanya sebagai model investor politik.
Sah-sah saja presiden
ke-7 RI ikut pilpres 2019. Jangan lupa, bahwa seolah-olah, aroma irama syahwat
politik Nusantara seperti masuk hutan atau daerah tak bertuan ‘jalmo moro jalmo
mati’. Karepe mbilung.
Hebatnya, langkah cerdas
pendukung Jokowi, dengan bangga mereka mencarikan pasangan atau duet cawapres
yang tampak cerdas.
Disinilah langkah awal
Jokowi untuk mati langkah. Karena justru nama besa sang bakal calon wapres, bisa-bisa
bisa menentukan nasib. Apa lacur sudah jadi pelacur masih diuber satgas pangan,
dianggap melakukan gerakan separatis jender. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar