Halaman

Selasa, 15 Agustus 2017

Anak Indonesia Cepat Matang Politik



Anak Indonesia Cepat Matang Politik

Mau pakai judul “anak Indionesia cepat matang ideologi”, was-was takut dikira bahwa ideologi (nasional) adalah Pancasila, memang iya. Cari gampangnya pakai kata “politik”. Dalam arti luas yaitu ber-partai politik.

Mau ambil sampel, contoh secara acak yang mewakili daerah, parpol atau pelaku, takut salah comot. Malah ambil contoh salah. Padahal, di pentas politik, walau “salah” tetapi banyak peminatnya, maka akan menjadi benar.minimal wajar. Sebaliknya, jika ada unsur pidana “benar” tetapi karena penganutnya cuma sedikit, bisa dianggap salah.

Mau kilas balik, namanya parpol pra-kemerdekaan sampai parpol pasca-reformasi, tampak serupa tapi tak sewajah. Landasan ideologi bisa sama, tetapi dalam langkah nyata berikutnya bisa beda. Format, paket politik nasional dalambaku politik “nasakom” ala zaman Orde Lama, tidak serta merta bisa ganti plat nomor.

Mau iseng tanya ke ahlinya, apa itu model politik yang cocok dan manjur untuk Indonesia. Tanyanya ke siapa. Buka primbon tetapi tidak punya. Nyatanya pendulum politik nasional atau dadu politik nasional tak ada perubahan yang bermanfaat.

Mau membandingkan gerakan politik tiap periode pemerintah, jangan-jangan malah sakit gigi. Susah kunyah makanan apalagi cerna hakikat kebenaran. Yaitu seperti penjelasan di atas, bahwa “baik dan benar” itu karena didukung secara aklamasi, banyak yang memilih. Kadarnya kuantitas. Seperti garam, jika banyak maka tetap garam. Soal asinnya itu selera lidah masing-masing.

Mau belajar sejarah pergerakan atau gerakan politik –  dari politik lokal sampai politik nasional – bingung mencari bahan bakunya. Politik tradisional yang merakyat sampai politik bebas aktif terima bantuan.

Mau nguping di warung kopi, warung tegal atau rumah makan padang menunya tapi yang jual bukan orang Minang. Minum kopi sambil lesehan, atau nangkring di pinggir jalan tentu tarifnya tak sama denga tariff kopi di tempat kumpul elit politik.

Mau apa lagi. Pokoknya jangan sampai pergunjingkan modus politik siapa pun. Apalagi para pejabat publik, penyelenggara negara atau penguasa. Bisa cepat tua diteror hidup-hidup. Apalagi kalau terkena pasal makar atau minimal patut diduga sebagai pelaku gerakan separatis. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar