Mengandalkan Dalil Politik Terjebak
Urusan Dunia
Asumsi
historis dan PR menerus bangsa, yaitu niat utama mendirikan partai politik
sebagai cara merebut kekuasaan secara konstitusional. Pengalaman sejak
pra-kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945 sampai era rezim politik reformasi, melahirkan
jargon ”sama rasa, sama rata”, “pokoknya menang”, “kultus individu”, “demi
tujuan menghalalkan segala cara”, “di atas kursi masih ada kursi” serta yang
paling runyam mendaulat politik sebagai agama dunia.
Sejak
zaman Rasulullah saw, umat Islam sudah mengenal sekaligus mempraktikkan
politik, atau yang disebut siyasah. Politik Islam menjadi pilar tegaknya
dakwah, syiar agama Islam. Laju peradaban menjadikan partai politik sebagai
kendaraan utama menuju jabatan kepala negara, kepala daerah serta wakil rakyat.
Jalur independen kalah pamor dengan kader politik.
Sisi
lain sejarah perpolitikan nusantara sudah sampai bukti nyata bahwa kader partai
tidak harus mulai dari papan bawah, merangkak dari nol. Tidak harus ikut
antrian yang spekulatif. Bahkan dengan kalkulasi ekonomi langsung mendirikan
sebuah bentukan partai politik.
Tak salah
jika urusan syahwat politik sarat dengan pasal urusan dunia. Terlebih Indonesia sebagai
negara multipartai yang jauh dari sederhana. Persaingan internal di tubuh
partai politik, kian menambah bukti falsafah Jawa “yèn ora édan ora keduman”.
Lebih daripada itu menjadi filosofis
politis, “wis édan
tenan tetep ora keduman”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar