banyak jalan pintas merasa pantas
Kata, lema ‘fantasi’ alias citra, halusinasi, fatamorgana,
reka-rekaan dan sebangsanya. Oleh suku bangsa lain di nusantara dibaca ‘pantas+i’.
Bahasa daerah memang unik. Pertalian atau benang merah memang terasa enak di kuping,
tapi susah ucap di lidah. Ada istilah lidah keseleo, bahasa pelintiran.
Jadi, agar tampak beda dengan bangsa atau makhluk
sejenis, m emang harus berani tampil beda dari segala arah. Abaikan peribahasa “buah
jatuh tak jauh dari pohonnya”. Siapa duga secara biologis, anak kambing menjadi
‘kambing hitam’. Buaya bertelor bukan beranak. Jinak-jinak buaya karena umpan
kursi.
Efektivitas, kemanfaatan ganda revolusi mental berjilid, menumbuhkembangkan
sikap mental penyelenggara negara dari unsur manusia politik. Modus operandi andalan yaitu mencari jalan
pintas yang praktis, yang pasti-pasti, yang murah meriah, yang aman-aman saja plus
menghalalkan segala cara (the end justifies the means).
Permainan ‘ular naik tangga’ menuju istana dipermainkan,
dimainkan oleh anak bangsa pribumi primitif nusantara penyuka apa pun. Dimodifikasi,
dimanipulasi, dikanibal, diopkos sesuai peruntukan tujuan utama daripada pesta
demokrasi.
Berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa) mengalami konflik
keseimbangan berkelanjutan. Lagu lawas yang mana dimana akhirnya ‘yang kaya’ tak
sabar menanti, pilih membuat sebuah partai politik. Tembang kenangan ‘yang
kuasa’ malah tidak kaya-kaya. ‘Yang kuat’ hanya jadi alat tapi apa daya mampu
memperalat negara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar