Halaman

Sabtu, 28 Maret 2020

banyak jalan pintas merasa pantas


banyak jalan pintas merasa pantas

Kata, lema ‘fantasi’ alias citra, halusinasi, fatamorgana, reka-rekaan dan sebangsanya. Oleh suku bangsa lain di nusantara dibaca ‘pantas+i’. Bahasa daerah memang unik. Pertalian atau benang merah memang terasa enak di kuping, tapi susah ucap di lidah. Ada istilah lidah keseleo, bahasa pelintiran.

Jadi, agar tampak beda dengan bangsa atau makhluk sejenis, m emang harus berani tampil beda dari segala arah. Abaikan peribahasa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Siapa duga secara biologis, anak kambing menjadi ‘kambing hitam’. Buaya bertelor bukan beranak. Jinak-jinak buaya karena umpan kursi.

Efektivitas, kemanfaatan ganda revolusi mental berjilid, menumbuhkembangkan sikap mental penyelenggara negara dari unsur manusia politik.  Modus operandi andalan yaitu mencari jalan pintas yang praktis, yang pasti-pasti, yang murah meriah, yang aman-aman saja plus menghalalkan segala cara (the end justifies the means).

Permainan ‘ular naik tangga’ menuju istana dipermainkan, dimainkan oleh anak bangsa pribumi primitif nusantara penyuka apa pun. Dimodifikasi, dimanipulasi, dikanibal, diopkos sesuai peruntukan tujuan utama daripada pesta demokrasi.

Berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa) mengalami konflik keseimbangan berkelanjutan. Lagu lawas yang mana dimana akhirnya ‘yang kaya’ tak sabar menanti, pilih membuat sebuah partai politik. Tembang kenangan ‘yang kuasa’ malah tidak kaya-kaya. ‘Yang kuat’ hanya jadi alat tapi apa daya mampu memperalat negara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar