Halaman

Rabu, 11 Maret 2020

isi ulang jiwa ideologi global vs lapis ulang kemasan ideologi lokal


isi ulang jiwa ideologi global vs lapis ulang kemasan ideologi lokal

Judul dua versi frasa yang mirip. Kurang cerna, meleset ucap eja bisa terbolak-balik kombinasi rancu. Itulah seni berolah kata. Tersurat, cerdasnya si pengolah kata. Bahasa ungkapan nyata kadar jiwa, daya intelektual plus plus plus. Sifatnya individual dan terus dilestarikan sesuai tuntutan dan tantangan peradaban.

Ngoceh soal, pasal ideologi harus punya ilmu. Itu pun tak cukup. Lebih akurat tahu praktik nyata di lapangan. Banyak ikhwal seluk-beluk yang tersurat ketimbang fakta tersurat. Laporan politis periode siapa pun dengan pola ‘asal bapak senang’ sudah usang. Bagaimana ‘bapak mau senang’ karena di atas kursi masih ada kursi.

Selaku petugas partai periode kedua, tak tahu pihak mana yang dibuat hatinya senang. Di sini senang, di sana senang plus tepuk pramuka. Salah-salah bisa kebanting dari kursi, kejegal hidup-hidup oleh mitra koalisi.

Alunan lagu revolusi  ‘di bawah sepatu lars’ Orde Baru dimantapkan, dimatangkan, digoreng ulang, dioplos menjadi kicauan ‘dalam cengkeraman cakar naga merah’. Politik tak pernah percaya fakta sejarah. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar