Halaman

Minggu, 01 November 2015

sekali bakar hutan, dua tiga skenario terlaksana

sekali bakar hutan, dua tiga skenario terlaksana

Hidup di dunia, hanya sekedar mampir mencari bekal menuju kehidupan abadi, di akhirat. Hidup bisa diibaratkan, bisa bahkan mengacu perlambang. Ada pribahasa, pepatah, kiasan, pantun.

Masih ingat pribahasa “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui”. Sekarang, pribahasa tsb mengalami penyesuaian diri. Begitu juga dengan pribahasa lainnya.

Hasil survei tanpa survei, membuktikan, ternyata terdapat fakta lapangan yang tak terendus media masa, apalagi diungkap secara terang benderang. Jelas, karena obyek berita bukan sekedar samar-samar tertutup kabut, bahkan sang “kabut asap” lah yang menjadi obyek berita, berposisi sebagai pelaku utama kejadian perkara.

Karena tidak berhasil mewawancarai “kabut asap”, apalagi menjadi topik, diundang menjadi bintang tamu atau berita panas (walau sumber kejadian perkara memang benar-benar ‘panas’), maka tayangan berita seolah hambar. Paling banter meliput langsung, dengan bumbu komentar standar.

Bukankah, ini bukan hasil surevi atau liputan, dua kementerian yaitu yang menangani hutan dan yang mengelola lingkungan hidup, disinerjikan jadi satu kementerian. Sehingga mudah koordinasi dan pengendaliannya. Serta kementerian yang mengurus tanah ditambah taring dengan menata tata ruang. Cara lebur atau tambah daya, sebagai langkah Jokowi-JK menyusun Kabinet Kerja, jangan diartikan sebagai skenario. Atau sebagai skenario utama.

Harian Republika, Ahad, 1 November 2015, menurunkan berita di halaman utama. “Lahan  Gambut Sengaja Dibakar”.

PULANG PISAU – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut kebakaran lahan gambut yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan akibat faktor kesengajaan. “Ya sudah jelas, terbakarnya banyak, ya dibakar.” ungkap Jokowi saat berkunjung ke Jambi terkait penanganan kabut asap. Jumat (30/10).

Orang lebih gemar mendengar komentar wapres JK. Pengalaman politik dan jam terbang sebagai kawanan parpolis sejak Orde Baru, menyebabkan JK ahli, lihai dan kampiun mengatakan apa saja. Bahkan bukan sekedar ‘pandai berminyak air’.

Nyaris lupa, lantas skenario apa yang terlaksana. Apa cuma ’lahan gambut’ yang bisa dijadikan kambing hitam. Atau sekedar memuaskan rakyat Nusantara yang sudah tidak bisa ditipu hidup-hidup. Mudah sekali. Atau Jokowi terjebak skenario internasional, konspirasi jagad raya. Jokowi sudah tidak bisa menipu diri sendiri. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar