sekali bakar hutan, dua tiga
skenario terlaksana
Hidup
di dunia, hanya sekedar mampir mencari bekal menuju kehidupan abadi, di
akhirat. Hidup bisa diibaratkan, bisa bahkan mengacu perlambang. Ada pribahasa,
pepatah, kiasan, pantun.
Masih
ingat pribahasa “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui”. Sekarang, pribahasa
tsb mengalami penyesuaian diri. Begitu juga dengan pribahasa lainnya.
Hasil survei tanpa survei, membuktikan, ternyata
terdapat fakta lapangan yang tak terendus media masa, apalagi diungkap secara
terang benderang. Jelas, karena obyek berita bukan sekedar samar-samar tertutup
kabut, bahkan sang “kabut asap” lah yang menjadi obyek berita, berposisi
sebagai pelaku utama kejadian perkara.
Karena tidak berhasil mewawancarai “kabut asap”,
apalagi menjadi topik, diundang menjadi bintang tamu atau berita panas (walau
sumber kejadian perkara memang benar-benar ‘panas’), maka tayangan berita
seolah hambar. Paling banter meliput langsung, dengan bumbu komentar standar.
Bukankah, ini bukan hasil surevi atau liputan, dua
kementerian yaitu yang menangani hutan dan yang mengelola lingkungan hidup,
disinerjikan jadi satu kementerian. Sehingga mudah koordinasi dan
pengendaliannya. Serta kementerian yang mengurus tanah ditambah taring dengan
menata tata ruang. Cara lebur atau tambah daya, sebagai langkah Jokowi-JK
menyusun Kabinet Kerja, jangan diartikan sebagai skenario. Atau sebagai
skenario utama.
Harian Republika, Ahad, 1 November 2015, menurunkan
berita di halaman utama. “Lahan Gambut
Sengaja Dibakar”.
PULANG PISAU – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut
kebakaran lahan gambut yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan akibat
faktor kesengajaan. “Ya sudah jelas, terbakarnya banyak, ya dibakar.” ungkap
Jokowi saat berkunjung ke Jambi terkait penanganan kabut asap. Jumat (30/10).
Orang lebih gemar mendengar komentar wapres JK.
Pengalaman politik dan jam terbang sebagai kawanan parpolis sejak Orde Baru,
menyebabkan JK ahli, lihai dan kampiun mengatakan apa saja. Bahkan bukan
sekedar ‘pandai berminyak air’.
Nyaris lupa, lantas skenario apa yang terlaksana. Apa
cuma ’lahan gambut’ yang bisa dijadikan kambing hitam. Atau sekedar memuaskan
rakyat Nusantara yang sudah tidak bisa ditipu hidup-hidup. Mudah sekali. Atau
Jokowi terjebak skenario internasional, konspirasi jagad raya. Jokowi sudah
tidak bisa menipu diri sendiri. [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar