Halaman

Senin, 23 November 2015

kubujuk Indonesia agar mau bersatu

kubujuk Indonesia agar mau bersatu

Haluan, aliran, platform politik (partai-partai politik) Nusantara yaitu memandang ‘lawan politik’ sebagai musuh, seteru yang harus dilibas hidup-hidup, ditebas mentah-mentah, ditindas sampai tak berampas senyawapun, maupun digilas sampai anak cucu. Minimal dimatikan perjalanan hidupnya, dikebiri masa depannya. Politik menjadi panglima, bahkan lebih dahsyat daripada saat melawan penjajah. Politik menjadi pandangan hidup, pegangan hidup, perjuangan hidup dan susah hidup (sudah loyo, tak mau bangkit).

Zaman Orde Baru, pihak yang mendapat stigma anti kemapanan, anti Pancasila, dikategorikan sebagai gerakan separatis. Daerah yang membangkang atau tidak mau melaksanakan program nasional ‘kuningisasi’ secara utuh dan nyata, dianggap akan merdeka atau memisahkan diri dari NKRI.

Menurut KBBI :
separatis /séparatis/ n orang (golongan) yg menghendaki pemisahan diri dr suatu persatuan;
separatisme /séparatisme/ n paham atau gerakan untuk memisahkan diri.

Sedemikian kita yakin, bahwa  konflik horizontal antar elemen masyarakat, antar komponen bangsa, antar strata sosial rakyat bisa mengarah dan menjurus kepada perpecahan nasional.

Bahwasanya, kita tak menyadari kalau alat pemecah bangsa dan negara justru dimulai maupun dari atas.

Bahwasanya, justru karena konflik antar penyelenggara negara (legislatif, eksekutif, yudikatif) menjadi titik retak bangsa dan negara. Titik retak dimulai dari dalam, menyebabkan keropos dari dalam.

Bahwasanya, manajemen konflik bersifat seremonial. Kegaduhan politik sesuai skenario pihak tertentu yang merupakan ekses parpol tidak siap menang di pesta demokrasi.

Bahwasanya, para pelaku politik memposisikan ‘lawan politik’ sedemikian rupa sehingga mengkorbankan kepentingan rakyat. Selama lima tahun emosi rakyat diaduk dan diudak, diacak-acak.

Seolah kita hanya menunggu waktu dan selalu berharap datangnya ‘Satria Piningit’. Padahal, yang menetukan nasib bangsa dan negara adalah kita. Bersatu sebagai bangsa dan negara. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar