Halaman

Senin, 23 November 2015

gairahkan gaya politik sehat

gairahkan gaya politik sehat

Satu-satunya kemajuan, keberadaan dan jati diri politik Nusantara yaitu pada falsafah, pemikiran, dogma, logika, akal, nalar bahwa politik adalah cara merebut kekuasaan secara konstitusional, legal, sah, beradab dan berdasarkan hukum. Paham ini menyebabkan kawanan parpolis memandang, menjadikan dan menetapkan politik sebagai harga mati.

Makanya jangan heran, bagaimana kawanan parpolis menyiasati, menyikapi, dan memaknai “harga mati” tersebut. Sejarah mencatat :

Kejadian pertama.  Bahwasanya Kekuasaan, Kekayaan, Kekuatan (3K) sebagai berhala Reformasi, diakui secara sah secara turun-temurun oleh kawanan parpolis Nusantara. Betapa anak bangsa mendirikan parpol dengan tujuan utama agar bisa menyemarakkan pesta demokrasi lima tahunan. Walhasil, banyak oknum ketua umum parpol yang betah, kalau bisa jadi ketum seumur hidup. Syarat utama diusulkan ikut pilpres yaitu diusulkan oleh parpol. Biasanya, yang diusulkan atau tepatnya mengusulkan diri adalah ketua umum. Akhirnya, banyak orang merasa bisa menjadi orang nomer satu, merasa layak berdiri paling depan, merasa berhak bertindak sebagai komandan barisan bangsa dan negara.

Kejadian kedua. Bahwasanya ada manusia Indonesia merasa bangsa dan negara sebagai warisan dari bapak moyangnya. Membanggakan siapa founding father, tanpa ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Betapa tanpa diminta serta-merta selalu memuji diri sendiri atau berpenampilan pengharu rasa. Walhasil, di periode 2014-2019 memposisikan diri, menempatkan diri dan mematut diri sebagai presiden senior. Betapa tidak, kurir atau orang suruhan parpol bisa jadi presiden. Bisa-bisa bisa menjadi bandar politik seumur hidup.

Kejadian ketiga. Bahwasanya, munculnya Koalisis Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) tidak sekedar mengkhianati rakyat. Tidak ada kata yang pas untuk menandainya. Betapa KIH maupun KMP berdarah-darah hanya untuk memuja, memuliakan, dan sekaligus menjadi budak Berhala Reformasi 3K. Walhasil, di periode 2014-2019 kapal Nusantara dilubangi dari dalam secara masif, sistematis dan berkelanjutan oleh “orang dalam”. Tanpa ragu, tanpa sungkan, tanpa malu boss besar legislatif bermanuver, di dalam dan di luar negeri. Bisa-bisa negara rontok dari dalam secara konstitusional.

Jadi, apakah kawanan parpolis Nusantara kekurangan gizi. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar