gairahkan gaya politik sehat
Satu-satunya kemajuan, keberadaan dan jati
diri politik Nusantara yaitu pada falsafah, pemikiran, dogma, logika, akal,
nalar bahwa politik adalah cara merebut kekuasaan secara konstitusional, legal,
sah, beradab dan berdasarkan hukum. Paham ini menyebabkan kawanan parpolis memandang,
menjadikan dan menetapkan politik sebagai harga mati.
Makanya jangan heran, bagaimana kawanan parpolis
menyiasati, menyikapi, dan memaknai “harga mati” tersebut. Sejarah mencatat :
Kejadian pertama. Bahwasanya Kekuasaan, Kekayaan, Kekuatan (3K)
sebagai berhala Reformasi, diakui secara sah secara turun-temurun oleh kawanan
parpolis Nusantara. Betapa anak bangsa mendirikan parpol dengan tujuan utama
agar bisa menyemarakkan pesta demokrasi lima tahunan. Walhasil, banyak oknum
ketua umum parpol yang betah, kalau bisa jadi ketum seumur hidup. Syarat utama diusulkan
ikut pilpres yaitu diusulkan oleh parpol. Biasanya, yang diusulkan atau
tepatnya mengusulkan diri adalah ketua umum. Akhirnya, banyak orang merasa bisa
menjadi orang nomer satu, merasa layak berdiri paling depan, merasa berhak
bertindak sebagai komandan barisan bangsa dan negara.
Kejadian kedua. Bahwasanya ada manusia
Indonesia merasa bangsa dan negara sebagai warisan dari bapak moyangnya. Membanggakan
siapa founding father, tanpa ada yang bisa dibanggakan dari dirinya.
Betapa tanpa diminta serta-merta selalu memuji diri sendiri atau berpenampilan
pengharu rasa. Walhasil, di periode 2014-2019 memposisikan diri, menempatkan
diri dan mematut diri sebagai presiden senior. Betapa tidak, kurir atau orang
suruhan parpol bisa jadi presiden. Bisa-bisa bisa menjadi bandar politik seumur
hidup.
Kejadian ketiga. Bahwasanya, munculnya
Koalisis Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) tidak sekedar
mengkhianati rakyat. Tidak ada kata yang pas untuk menandainya. Betapa KIH
maupun KMP berdarah-darah hanya untuk memuja, memuliakan, dan sekaligus menjadi
budak Berhala Reformasi 3K. Walhasil, di periode 2014-2019 kapal Nusantara
dilubangi dari dalam secara masif, sistematis dan berkelanjutan oleh “orang
dalam”. Tanpa ragu, tanpa sungkan, tanpa malu boss besar legislatif bermanuver,
di dalam dan di luar negeri. Bisa-bisa negara rontok dari dalam secara
konstitusional.
Jadi, apakah kawanan parpolis Nusantara kekurangan
gizi. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar