Alhamdulillah, subuh ini kembali reuni dengan hamba Allah di
rumah-Nya
Penyakit datang menyerang tanpa pandang usia, tak peduli waktu, tak
mempersoalkan tempat. Bisa dengan memberi tanda firasat, bisa datang tiba-tiba.
Kemarin, setengah jam atau satu jam jelang waktu subuh tiba, seperti biasanya Allah
mengirim sinyal untuk bangun.
Ternyata, mau duduk bangun terasa berat. Memori ingatan rekam jejak
semalam membisikan, semalam 4 kali terbangun untuk buang gas, 3 kali terbangun
bersendawa. Sebagai pertanda ada gangguan di sistem pencernaan.
Kupaksakan bangun berdiri, seolah tubuh ini tidak mau kompromi. Bahkan
untuk ke kamar kecil, sudah seperti tanpa daya.
Terpaksa kembali rebahan sambil menatap jalannya jarum panjang jam
di dinding. Dengan doa, semoga 10 menit sebelum azan subuh, sudah bugar dan ke
masjid. Manusia berikhtiar dengan nyata, Allah sudah berkehendak. Jam demi jam,
ternyata masih tak berdaya. Azan subuh mengusik telinga, sayup-sayup.
Waktu yang biasanya sholat dhuha, saya paksakan bangun. Sholat
subuh sambil duduk di bangku. Begitu salam, langsung lanjut rebahan.
Pukul 14an, memaksakan diri bangun. Duduk di kursi teras kumpulkan
tenaga. Jalan sempoyongan ke kios terdekat, beli obat. Langsung tidur, dzuhur
dan ashar liwat.
Tadi pagi pukul 03:24 Allah membangunkan semangatku. Bangun terbata
menuju dapur, panaskan air. Usai tahajud, buat ramuan susu, oats dengan air
panas, dituang remukan roti gambang. Ditutup agar mengembang, bisa disantap
pulang subuh.
Terasa aneh, jalan ke masjid untuk sholat subuh, seperti ada yang
hilang. Sampai di masjid pukul 04:02, tahiyatul masjid. Subuh pukul 04:06 waktu
lokal WIB. Sempat kulihat jamaah langgan subuh. Shaf pertama nyaris tak ada perubahan wajah. Tak sempat ikut doa usai salam,
doa sendiri, langsung pulang. Buka laptop sambil santap bubur kue gambang
(makanan jadul), dselingi rebahan, jadilah artikel ini.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar