Jumat, 10/02/2006 10:21
PEROKOK DAN KEBEBASAN
MEDIA MASSA (2)
Tatkala meminum rokok
dilarang, sedangkan pabrik rokok tetap jalan. Dilarang menegak miras, padahal
miras menambah devisa. PSK jalanan dirazia, PSK gedongan atau lokalisasi judi
yang kurang bagi hasilnya siap-siap digrebeg aparat keamanan. Apa hubungan
antara perokok, penjudi dan PSK. Dengan modal mata untuk membaca dan melihat,
kita bisa menikmati produk cetak maupun tayangan media massa. Si pencetak
maupun si penayang hanya memikirkan aspek keuntungan finansial saja, tak kurang
dan tak lebih.
Dampak buruk atau
efek samping media massa menjadi urusan, tanggung jawab pembaca / pemirsa.
Kalau tak mau terlibat dan terlibas revolusi moral media massa cukup tutup
mata! Berita memang disampaikan apa adanya, spontan, polos sesuai aselinya.
Kalau hasil rekayasa akan segera ketebak apa maunya. Dikejar jam cetak / tayang
menjadikan spontanitas, apalagi tanpa melalui prosedur pemilihan / pemilahan
berbasis norma wong timur, yang penting ada. Hantam kromo. Yang maya bisa
divisalkan.
Mimpi pun bisa
diformulasikan dalam berbagai babakan kehidupan. Bagi cetak / tayang yang
berdasarkan survei masih dibutuhkan pembaca / pemirsa bisa dibuat
berkelanjutan. Dari sisi lain, pencarian untung semata tadi terkadang akan
membutakan mata hati. Bahkan kaum penjajah tak perlu datang ke nusantara. Cukup
memanfaatkan media massa versi NKRI. Dampaknya sudah kira rasakan. Kita tak
hanya sudah kebakaran jenggot saja. Kebakaran mata!!! (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar