Halaman

Rabu, 03 Desember 2014

Menyegerakan Panggilan SMS

Menyegerakan Panggilan SMS


Produk unggulan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berdampak secara sistematis terhadap gaya hidup, gaul dan gengsi ke hampir semua lapisan usia dan strata sosial masyarakat pengguna. Dunia seolah dalam genggaman. Mendekatkan jarak dan waktu, sebagai semboyan awal, berkembang secara drastis. Kemanfaatan TIK mendorong terjadinya revolusi mental dan moral. Jika ‘man behind the gun’ tidak pandai-pandai memanfatkan produk TIK, berakhir akan menjadi budak TIK.

Anak bangsa, generasi masa depan dengan daya tanggap, peka, peduli dan olah nalar bak kertas kosong. Invasi dan intervensi berbasis perdagangan bebas dunia, tidak hanya produk TIK yang melenggang masuk NKRI, berbagai ragam tayangan pun ikut menumpang. Harga produk TIK yang terjangkau oleh ahli unjuk rasa, khususnya kawanan pekerja/buruh yang gemar dan getol menuntut  UMP sesuai komponen layak hidup.

Anak bangsa menjelma menjadi pengguna produk TIK sejak dini. Menjadi pengguna fanatik. Generasi tidak gagap TIK, generasi melek TIK, acap terjadi belum waktunya, belum jatuh tempo untuk dewasa. Dalam arti lebih kuasa mudharatnya daripada maslahatnya. Skala harian, dari subuh hingga subuh, pendengaran dan penglihatan anak (bahkan sejak dalam kandungan) sudah dijejali dan terkontaminasi tayangan dan sajian layar kaca, secara sistematis, masif dan berkelanjutan. Nyaris 24 jam sehari. Berbagai acara, atraksi dan adegan yang nyaris tanpa sensor pihak berwenang. Modus operandi penjajahan dari dalam, oleh awak bangsa sendiri serta penjajahan melalui arus masuk budaya asing yang serba bebas.

PSK (pedagang sayur keliling) tidak sekedar mengandalkan lokasi operasional. Siap menerima panggilan dan pesanan pelanggan via SMS. Siap berburu dan uber sembako pesanan pelanggan, eceran maupun borongan. Menyisati kebutuhan dan keperluan pelanggan, PSK jual pulsa, minimal sumber informasi. Pola kerja tukang ojek tak beda jauh dengan PSK. Mulai antar jemput anak sekolah, terima order bak taksi, sampai merangkap jadi tukang bangunan.
Di kalangan birokrat, hubungan kerja antar Aparatur Sipil Negera (ASN), tidak sebatas jam kerja atau di kantor saja. SMS dari atasan di hari libur, di luar jam kantor, saat sedang kumpul keluarga, sedang di perjalanan, sedang tugas dinas luar kota, wajib direspon dengan cepat! Tugas mendadak liwat SMS, mewakili rapat sampai tugas dinas luar.

Di tayangan layar kaca, ustadz menyoal anak lebih cepat tanggap SMS daripada panggilan orang tua. Bahkan dihimbau, jika anak minta bayaran uang sekolah, minta ke HP. Pakar psikologi anak memprihatinkan rekam jejak anak yang menjadi korban kemajuan TIK. Anak menjadi monster dalam kadarnya. Dokter ahli jiwa anak tak kalah sengitnya mengutarakan rasa kuatir akan perkembangan jiwa anak yang dipacu dan dipicu, dikarbit oleh fasilitas yang tersedia di produk TIK. Tangan anak seolah lengket dengan berbagai tingkatan produk TIK. Imaji anak akrab dengan permainan yang menjadi bagian fasilitas. Anak menjadi korban revolusi mental, dari anak yang manis, bertingkah laku dinamis. Kalau masih diam, duduk yang manis, bisa-bisa jiwanya sudah berbakat iblis.

Sebagai pernah jadi anak, siapa pun, di mana pun, kapan pun, menjadi korban akut pendayagunaan dan pemanfaatan produk TIK. Kemana pun HP ditenteng. Berkomunikasi 5 (lima)  waktu dengan Allah, HP menjadi saksi. HP menjadi teman tidur. HP diajak merenung di kamar kecil. Revolusi mental dampak produk TIK, kita mengutamakan panggilan SMS daripada seruan muazin. Kita menyegerakan panggilan SMS ketimbang mengakhirkan kesibukan untuk memenuhi panggilan sholat. [HaeN]  

-----------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar