Menyegerakan Panggilan SMS
Produk unggulan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) berdampak secara sistematis terhadap gaya hidup,
gaul dan gengsi ke hampir semua lapisan usia dan strata sosial masyarakat
pengguna. Dunia seolah dalam genggaman. Mendekatkan jarak dan waktu, sebagai
semboyan awal, berkembang secara drastis. Kemanfaatan TIK mendorong terjadinya
revolusi mental dan moral. Jika ‘man behind the gun’ tidak pandai-pandai
memanfatkan produk TIK, berakhir akan menjadi budak TIK.
Anak bangsa, generasi masa depan
dengan daya tanggap, peka, peduli dan olah nalar bak kertas kosong. Invasi dan
intervensi berbasis perdagangan bebas dunia, tidak hanya produk TIK yang
melenggang masuk NKRI, berbagai ragam tayangan pun ikut menumpang. Harga produk
TIK yang terjangkau oleh ahli unjuk rasa, khususnya kawanan pekerja/buruh yang
gemar dan getol menuntut UMP sesuai
komponen layak hidup.
Anak bangsa menjelma menjadi pengguna
produk TIK sejak dini. Menjadi pengguna fanatik. Generasi tidak gagap TIK, generasi
melek TIK, acap terjadi belum waktunya, belum jatuh tempo untuk dewasa. Dalam
arti lebih kuasa mudharatnya daripada maslahatnya. Skala harian, dari subuh
hingga subuh, pendengaran dan penglihatan anak (bahkan sejak dalam kandungan)
sudah dijejali dan terkontaminasi tayangan dan sajian layar kaca, secara
sistematis, masif dan berkelanjutan. Nyaris 24 jam sehari. Berbagai acara,
atraksi dan adegan yang nyaris tanpa sensor pihak berwenang. Modus operandi
penjajahan dari dalam, oleh awak bangsa sendiri serta penjajahan melalui arus
masuk budaya asing yang serba bebas.
PSK (pedagang sayur keliling) tidak sekedar mengandalkan lokasi
operasional. Siap menerima panggilan dan pesanan pelanggan via SMS. Siap berburu
dan uber sembako pesanan pelanggan, eceran maupun borongan. Menyisati kebutuhan
dan keperluan pelanggan, PSK jual pulsa, minimal sumber informasi. Pola kerja
tukang ojek tak beda jauh dengan PSK. Mulai antar jemput anak sekolah, terima
order bak taksi, sampai merangkap jadi tukang bangunan.
Di kalangan birokrat, hubungan kerja antar Aparatur Sipil Negera (ASN),
tidak sebatas jam kerja atau di kantor saja. SMS dari atasan di hari libur, di
luar jam kantor, saat sedang kumpul keluarga, sedang di perjalanan, sedang
tugas dinas luar kota, wajib direspon dengan cepat! Tugas mendadak liwat SMS,
mewakili rapat sampai tugas dinas luar.
Di tayangan layar kaca, ustadz menyoal anak lebih cepat tanggap SMS
daripada panggilan orang tua. Bahkan dihimbau, jika anak minta bayaran uang
sekolah, minta ke HP. Pakar psikologi anak memprihatinkan rekam jejak anak yang
menjadi korban kemajuan TIK. Anak menjadi monster dalam kadarnya. Dokter ahli
jiwa anak tak kalah sengitnya mengutarakan rasa kuatir akan perkembangan jiwa
anak yang dipacu dan dipicu, dikarbit oleh fasilitas yang tersedia di produk
TIK. Tangan anak seolah lengket dengan berbagai tingkatan produk TIK. Imaji
anak akrab dengan permainan yang menjadi bagian fasilitas. Anak menjadi korban
revolusi mental, dari anak yang manis, bertingkah laku dinamis. Kalau masih
diam, duduk yang manis, bisa-bisa jiwanya sudah berbakat iblis.
Sebagai pernah jadi anak, siapa pun, di mana pun, kapan pun, menjadi korban
akut pendayagunaan dan pemanfaatan produk TIK. Kemana pun HP ditenteng.
Berkomunikasi 5 (lima) waktu dengan
Allah, HP menjadi saksi. HP menjadi teman tidur. HP diajak merenung di kamar
kecil. Revolusi mental dampak produk TIK, kita mengutamakan panggilan SMS daripada
seruan muazin. Kita menyegerakan panggilan SMS ketimbang mengakhirkan kesibukan
untuk memenuhi panggilan sholat. [HaeN]
-----------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar