Halaman

Jumat, 21 Februari 2014

RABUN POLITIK

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 23/09/2003 11:25
RABUN POLITIK

Walau kidung angin surgawi dihembuskan gratis bersama sembako, masih tak akan menggoyang kiblat anak jalanan. Walau pedang roh jinawi ditebaskan ke tengah lingkaran kemelaratan, masih tak akan sanggup menggadaikan akidah kepastian hati anak bangsa di kolong langit. Ketika pekik reformasi menumbangkan peradaban Orde Baru, mengganti dimensi kekuasaan dengan berhala politik. Semula yang nampak relijius dan agamais ketika berurusan dengan angka-angka politik semua menjadi berbalik langkah dan berubah arah serta salah tingkah. Ketajaman mata menjadi buram, kepekaan hati menjadi suram, kepedulian nurani menjadi temaram, daya tanggap akan kebenaran menjadi kelam, kejernihan jiwa menjadi muram. Kaca mata politik berbagai ukuran tersedia bebas, kaca mata kuda menjadi laris, rambu-rambu politik masih berbasis KKN sebagai prasyarat untuk pentas di panggung politik, sebagai kebutuhan dasar untuk manggung di arena politik. Pendulum nasib selalu bergerak bebas, tak pandang waktu, tak lirik pelaku politik - yang di atas bisa terhempas bebas, yang di bawah bisa kandas tanpa landas - itulah retorika politik. Kesadaran memang selalu datang terlamat. Kebenaran selau datang diakhir cerita. Ketika politik tak mampu menjawab tantangan zaman, semua menjadi terlambat, semua menjadi penghambat sesama pergerakan politik. Habis gelap terbitlah terang, kata ibu kita. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar