Selasa, 23/09/2003 11:25
RABUN
POLITIK
Walau kidung angin
surgawi dihembuskan gratis bersama sembako, masih tak akan menggoyang kiblat
anak jalanan. Walau pedang roh jinawi ditebaskan ke tengah lingkaran
kemelaratan, masih tak akan sanggup menggadaikan akidah kepastian hati anak
bangsa di kolong langit. Ketika pekik reformasi menumbangkan peradaban Orde
Baru, mengganti dimensi kekuasaan dengan berhala politik. Semula yang nampak
relijius dan agamais ketika berurusan dengan angka-angka politik semua menjadi
berbalik langkah dan berubah arah serta salah tingkah. Ketajaman mata menjadi
buram, kepekaan hati menjadi suram, kepedulian nurani menjadi temaram, daya
tanggap akan kebenaran menjadi kelam, kejernihan jiwa menjadi muram. Kaca mata
politik berbagai ukuran tersedia bebas, kaca mata kuda menjadi laris, rambu-rambu
politik masih berbasis KKN sebagai prasyarat untuk pentas di panggung politik,
sebagai kebutuhan dasar untuk manggung di arena politik. Pendulum nasib selalu
bergerak bebas, tak pandang waktu, tak lirik pelaku politik - yang di atas bisa
terhempas bebas, yang di bawah bisa kandas tanpa landas - itulah retorika
politik. Kesadaran memang selalu datang terlamat. Kebenaran selau datang
diakhir cerita. Ketika politik tak mampu menjawab tantangan zaman, semua
menjadi terlambat, semua menjadi penghambat sesama pergerakan politik. Habis
gelap terbitlah terang, kata ibu kita. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar