Halaman

Rabu, 19 Februari 2014

budaya politisir vs budaya pelintir

Rabu, 10/01/2007 09:46
budaya politisir vs budaya pelintir

ketika huruf bisa menjadi kata.
ketika kata bisa menjadi kalimat.
ketika kita bisa mengatakan apa saja melalui kalimat.
ketika kita bisa mengutarakan arah mata angin sesuai koordinat.
ketika kita bisa menjabarkan provinsi yang ada di lintang bujur derajat.
ketika kita bisa mengetengahkan segala posisi kehidupan dunia akhirat.
ketika kita bisa mengesampingkan berbagai sisi persoalan hidup kaya melarat.
ketika kita bisa mengedepankan kedudukan menurut martabat.
ketika kita bisa mengatasnamakan ambisi demi rakyat.
ketika kita bisa mengatasnamakan kursi demi raih jabat.
ketika kita bisa mengatasnamakan politik demi martabat.
ketika kita sudah tidak bisa mengatakan mana kuning mana cokelat.
ketika kita sudah tidak bisa merasakan mana dingin mana hangat.
ketika kita sudah tidak bisa mendengar mana kata fakta mana kata jilat
ketika kita sudah tidak bisa membedakan mana kawan jauh mana kawan dekat.
ketika kita sudah tidak bisa memilah mana amanah mana khianat.
ketika kita sudah tidak bisa memilih mana amal mana laknat.
ketika kita sudah tidak bisa melihat mana lurus mana sesat.
ketika kita sudah tidak bisa mengakui mana nurani mana jerat.
ketika kita sudah tidak bisa melakukan mana mumpung mana taubat.
ketika kita sudah tidak bisa melaksanakan mana ringan mana berat.
ketika kita sudah tidak bisa mengerjakan mana lupa mana ingat.
ketika kita sudah tidak bisa mengingat mana sekarang mana akhirat.
ketika kita sudah tidak bisa ....................... (hn)


1 komentar: