Halaman

Jumat, 07 Februari 2014

Gaya Hidup, Gaul Dan Gengsi Generasi Muda

IslamView     Dibaca :348 kali , 1 komentar
Gaya Hidup, Gaul Dan Gengsi Generasi Muda
Ditulis : Herwin Nur, 09 Mei 2013 | 22:51
Sinetron
Sosok generasi muda dalam sinetron acap ditampilkan berbusana setelan jas lengkap, tanpa memperhatikan lokasi. Misalkan, di kuburan, di dalam rumah. Minimal masuk kategori parlente, glamour dan anti keringat. Busana kaum hawa, dengan model mutakhir tak kalah gaya, bahkan penampilan pramuwisma dengan atributnya, tak bisa dibedakan dengan sang majikan.

Gambaran di atas, baru mewakili satu aspek saja (busana sebagai representasi gaya hidup dan gengsi), kalau aspek lain diulas, dikupas, maupun diungkap seolah bangsa Indonesia sudah makmur, sudah tidak terdapat rakyat miskin. Sekaligus menampakkan ada pola pergaulan yang tidak ada di kamus atau norma budaya sebagai bangsa timur.

Berlebih-lebihan
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan, yang melebihi batas, berlaku kikir maupun boros (karena pemboros adalah saudaranya setan [QS Al Israa’ (17) : 27]), tersurat dalam Al-Qur’an, dalam beberapa hal a.l : tindakan dalam berbagai urusan [QS Ali ‘Imran (3) : 147]; mencintai harta benda [QS Al Fajr (89) : 20]; membelanjakan (harta) [QS Al Furqaan (25) : 67].

Ikhwal terkait dengan gaya hidup, gaul dan gengsi generasi muda, kita bisa simak terjemahan [QS Al A’raaf (7) : 31] : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Berlebih-lebihan adalah janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

Pada kuadran tertentu, adab berbusana akan bertimbal balik dengan cara membelanjakan harta. Dalam kuadran ini, kondisi keimanan generasi muda menjadi rawan, rentan dan riskan dengan bisikan setan. Sengaja atau tidak generasi muda membukakan pintu untuk menyelinapnya setan. Cara membeli busana (boros, hanya mengikuti trend) sampai berbusananya (terlebih, ketika wanita berpakaian tapi tidak berbusana).

Kondisi Aktual
Asupan gizi, pengaruh pergaulan, zaman dan peradaban, anak SD secara fisik maupun biologis sudah nampak dewasa. Di sisi lain, anak jalanan sampai pengangguran bergelar akademis menghiasi wajah bangsa. Generasi muda mengalami penjajahan moral melalui globalisasi, khususnya perdagangan bebas. Serbuan produk maupun budaya asing nyaris tak bisa dan sempat ditangkal, apalagi disaring.

Di panggung  politik, kiprah dan kinerja generasi muda patut diacungi jempol, sekaligus juga memprihatinkan karena terlibat tipikor. Masih sebagai penggembira atau figuran zaman dalam alih kepemimpinan nasional.

Tantangan Kehidupan
Tahun 2045 merupakan momentum 100 tahun Indonesia merdeka.  Indonesia menargetkan sebagai bangsa modern, syaratnya generasi muda agar giat mempelajari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dunia cyber, agar kelak bisa melindungi Indonesia dari serangan di dunia maya.

Tidak gagap teknologi, bukan berarti menjadi generasi virtual yang tergantung pada gadget dan teknologi informasi. Menjelajahi dan asyik dengan dunia virtual berakibat tidak peka situasi sosial,  tidak mempekakan perasaan dan hati.

Hidup Sederhana

Hidup sederhana dimulai dari meminimalisasi anggaran untuk kebutuhan sandang. Hidup konsumtif ibarat mengutamakan kehidupan dunia, kita simak : Dari Abi Umamah Iyas bin Tsa‘labah Al-Anshari RA, ia berkata, “Pada suatu hari beberapa orang sahabat Rasulullah SAW memperbincangkan hal-hal keduniaan. Lalu Rasulullah SAW berkata, ‘Apakah kalian tidak mendengar? Apakah kalian tidak mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman, se­sungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman’.” (Riwayat Abu Dawud)

[Herwin Nur/wasathon.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar