Halaman

Jumat, 07 Februari 2014

4 GOLONGAN AHLI NERAKA



Kamis, 13/01/2011 13:34
4 golongan ahli neraka

Dikisahkan bahwa nanti di akhirat ada 4 golongan makhluk Allah dari NKRI ketika dihisab, bahkan nyaris dihisab, sudah masuk kategori ahli neraka. Sebagaimana lazimnya ketika mereka hidup di dunia, serta merta tanpa komando dan aba-aba mereka protes kepada Allah.

Golongan I ahli neraka berasal dari penganut KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Mereka protes karena dalam memanfaatkan uang negara untuk dan demi golongan atau parpolnya. Mereka loyal dan tunduk kepada parpol. Sebagai kader parpol mereka mau melakukan apa saja. Hukum dan sanksi agama tidak menjadi acuan. Mereka yakin dengan bemper parpol akan aman dari berbagai jebakan dan jeratan pasal hukum. Karena uang kuasa. Kebanyak dari mereka dari birokrasi (eksekutif, legislatif dan yudikatif) atau minimal sebagai dedengkot parpol dekat dengan poros kekuasaaan atau para pengelola APBN/APBD yang diusung oleh parpol. Golongan I menyalahkan para tukang urus parpol. Protes diterima Allah. Tanpa dipanggil Golongan II menghadap Allah.

Golongan II ahli neraka berasal dari tukang unjuk rasa dan unjuk raga, khususnya yang tewas saat menjalankan tugas dari tukang urus parpol untuk turun ke jalan. Baik dalam menjalankan misi oposisi atau sekedar meramaikan dan menyemarakan demokrasi. Tanpa hari tanpa demokrasi. Atau pelaksana demokrasi jalanan, semacam bonek, pendemo dari berbagai elemen masyarakat, korban bentrok antar fakultas, antar kampus. Banyak yang berjibaku karena sebagai rasa loyalitas dan solidaritas berbasis idiologi, baik dari parpol wong cilik sampai parpol khusus peserta pemilu/pilpres saja. Golongan II menuding tukang urus parpol sebagai biang keladi berbagai bentuk demokrasi yang berakhir anarkis. Protes diterima Allah. Giliran kawanan parpolis utawa tukang urus parpol dipanggil Allah, sebagai Golongan III.

Golongan III ahli neraka adalah tukang urus parpol dari semua periode, khususnya yang menjabat > 1 periode, baik sebagai penggagas dan pendiri parpol maupun sampai yang sekedar aktor di belakang layar (biasanya mantan ketum). Berdalih bahwa mendirikan parpol karena panggilan jiwa, tuntutan hati nurani walau dalam prosesnya tak bisa lepas dari pengaruh Rp. Berhala Reformasi 3 K (Kuat, Kuasa, Kaya) menyebabkan si kaya bisa membayar siapa saja untuk berbuat apa saja. Membeli apa saja. Golongan III protes, sebagai aktivis dengan modal nol, tak mau hidupnya sia-sia atau dikorbankan demi faham dan aliran. Ketika ada tawaran yang menjanjikan dan menggiurkan tak apalah untuk diterima. Daripada sepi order. Urusan sebagai politisi bayaran memang sudah jamak di Nusantara. Takut miskin, takut lapar, takut sengsara memang hal lumrah disandang umat manusia. Tujuan menghalalkan segala cara menjadi moto perjuangan parpol. Menjadi kutu loncat tidak diharamkan. Daripada harus antri, menjadi pemain cadangan, di urutan papan bawah, tidak masuk daftar (kecuali daftar tunggu), atau hanya menjadi boneka. Urus parpol sebagai fungsi Rp. Allah memaklumi dan memahami kondisi yang dihadapi oleh Golongan III. Golongan terakhir adalah dari penyandang dana, bagian dari 3K, sebagai Golongan IV.

Golongan IV ahli neraka adalah dari kalangan 3K. 3K mempunyai hubungan simbiosis mutualistis atau saling menguntungkan. Bahkan de facto mereka bisa mengendalikan negara, mampu menggerakan masa dan masyarakat, sanggup membentuk opini dan persepsi tentang apa saja, tentang siapa saja. Untuk melanggengkan upaya dan usaha mereka berikhtiar apa saja. Mereka tak merasa bersalah, mengorbankan Rp demi kemulusan dan kelancaran kegiatan, lepas dari kewajiban pasal dan tak terjangkau oleh hukum. Mereka merasa telah memberi makan orang banyak, membuka lapangan kerja bagi orang miskin, menebar peluang untuk mewujudkan mimpi duniawi. Dengan umpan Rp bisa mendapatkan Rp yang lebih banyak. Mengorbankan Rp agar tak kehilangan banyak Rp. Bagi kekuasaan agar banyak yang bisa dikorbankan atau mau berkorban untuk mereka. Mereka punya hukum sendiri. Golongan IV yang notabene juga beranggotakan ke 3 golongan lainnya, terutama yang sudah mapan, berklas dan suskes. Karena ada pepatah, di kandang kambing mengembik, di kandang harimau mengaum. Di kandang manusia, bisa mengembik maupun mengaum [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar