Jumat,
07/11/2003 08:16
DUNIA LAIN BADUT DAN NDANG DHUT
Berkat senggol badan, gesekan emosi, adu pandang di
pesta rakyat - semisal layar tancap - dibumbui aroma irama miras oplosan
tradisional dan goyang syahwat ndang dhut picisan bisa berakhir dengan baku
tinju. Bahkan tawur antar desa bisa menjadi menu alternatif. Tidak sekedar
memperebutkan bunga desa. Fenomena ini sebagai salah satu ciri khas dunia
kriminal bangsa multiparpol. Gerak oceh badut dan ndang dhut yang berbasis
nafsu syahwat selain mendatangkan peringkat pada tayangan layar kaca - tak
peduli bulan puasa Ramadhan - juga melahirkan selebritis polesan.
Hidup bisa dimanipulasi dengan berbagai polesan yang
mengeksploitir lebih kurangnya fisik, plus minusnya nalar, hitam putihnya akal,
pasang surutnya nurani. Berbagai krisis semakin terpendam bak bara dalam sekam.
Di panggung politik tak kalah hebohnya. Para pecundang yang bernafsu melihat
negara ini dengan kacamata untung rugi menjadi badut liwat parpol. Semua parpol
bermuara menjadi Partai Kabayan. Kita susah membedakan tampilan elite politik
modal cuap dengan artis modal badan ketika action di layar kaca - mana yang
salah dan siapa yang lebih tidak benar. Jangan bicara etika dan moral jika kita
ingin menonton hiburan dari panggung sandiwara maupun pentas politik. Semua masuk
dan keluar liwat lubang telinga dan mata yang sama.
Ketika kita bersin berarti kita telah terkontaminasi
krisis budaya. Ketika zat antibodi kita menyusut bersiaplah menelan pit pahit
realita hidup. Secara tak sadar kita telah tergiring ke alam lain yang
menawarkan dunia virtual. Kran demokrasi kian memancarkan kebebasan dan
kebablasan, yang keluar bukannya air bersih PDAM malah udara kotor mengocor.
Orang bebas bicara kini. Bebas unjuk raga di jalanan, bebas adu otot rebutan
kue demokrasi. Bebasnya bicara bak meludah ke langit. Bicara boleh bebas asal
kepala ini jangan sampai dijadikan jaminan hutang. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar