Kamis,
18/03/2004 08:36
INDUSTRI POLITIK dan KKN GOTONG ROYONG
Politik memang binatang yang tampak
luarnya menjijikan (tetapi menjanjikan) dengan tampang sangar nan
hingar-bingar, namun banyak orang ingin terjun ke dalamnya. Apalagi menjadi
“binatang� pemangsa segala yang tak pilih menu. Politik yang partai politik
pasca Reformasi babak akhir sedemikian membabi buta dalam melahap segala urusan
dan jurusan. Sang reformis - terlebih jebolan Orde Baru - mungkin semangkin tak
lebih baik daripada kroninya Bapak Pembangunan.
Di zaman Orla politik dijadikan
panglima. Di era Orba jika pergerakan politik tidak mengharumkan Cendana akan
dibabat tuntas sampai cindil abang. Bahkan bom rakitan amatiran yang tersimpan
rapi di rumah susun pun bisa diendus aparat keamanan. Lain cerita di fragmen
Reformasi, begitu bom meledak maka aparat keamanan (sesuai pesanan) sudah tahu
siapa biang keladinya. Politik sebagai pasangan dari ekonomi, bak sebuah mata
uang. Menurut skala dan teori apa pun ekonomi NKRI sudah sedemikian terpuruk
dan ambruk. Beda dengan politik yang sedang mengalami masa pertumbuhan, sedang
nanjak ke puncak. Politisi lokal sampai yang regional, pakai gigi 4-5 untuk
bisa saling menyalip dan melanggar. Mereka membutuhkan gizi tinggi. Jangan
heran kalau politik NKRI memang high cost. KKN yang dibidani Bapak Pembangunan
akhirnya merata menjadi ajang permainan bersama, menjadi KKN gotong royong. Tak
ada moncong ekor pun jadi (memang banyak pengekor) asal masuk barisan.
Politik luar negeri NKRI memang
mandul dan tumpul. Bahkan urusan TKI pun kita sering kedodoran sehingga
pemerintah tinggal cuci tangan. Jadi untuk pemerintahan ke depan, pasca Pemilu
2004, diperlukan penyelenggara negara yang kuat luar dalam.
Diperlukan politikus dan negarawan
yang punya nyali untuk berlaga di kancah internasional. Jangan sampai politikus
kambuhan, politisi gadungan atau kawanan politikus yang mendirikan parpol karena
takut miskin dan takut lapar menjajah nusantara. Politik kembali modal cukup
sebagai pelajaran, politik balas jasa jangan terulang dalam menyusun kabinet.
Di dunia politik memang tidak ada jaminan. Apalagi kalau moral dijadikan
patokan. Semua bisa berubah dan kembali lagi. Pagi kawan siang bisa jadi lawan.
Sore jadi sekutu malam bisa jadi seteru. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar