7 Penyakit Umat yang Harus Diantisipasi
IslamView Dibaca :82 kali , 0 komentar
Ditulis : Herwin Nur,
06 Desember 2013 | 13:43
Selain pengaruh
eksternal terhadap pembentukan karakter umat Islam, ternyata dari tataran
internal ada sifat turunan yang malah bisa menghancurkan umat secara
sistematis. Sifat turunan yang masuk kategori sifat buruk disebut dengan
penyakit umat.
Kondisi ini mungkin
saja terjadi pada umat Islam dan masyarakat pada umumnya, karenanya Rasulullah
saw memperingatkannya: “Penyakit umat-umat (lain) akan mengenai umatku,
(yaitu) mengingkari nikmat, sombong, bermegah-megahan, bermusuhan dalam
(perkara) dunia, saling membenci, saling mendengki hingga melampaui batas.”
(HR Hakim).
Berdasarkan hadits di
atas, ada tujuh penyakit umat yang harus diwaspadai oleh umat Islam. Sebagai
penduduk, umat Islam menghadapi penyakit masyarakat (pekat) yang seolah tak ada
obatnya. Pekat adalah kegiatan yang dilakukan oleh sebagian orang di
tengah-tengah lingkungan masyarakat yang sangat besar pengaruhnya bagi
kehidupan kehidupan sosial masyarakat karena menimbulkan dampak negatif
sehingga menjadi penyakit bagi masyarakat.
Ironisnya, kenyataannya
bahwa berbagai kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang telah berakar dan
telah lama dilakukan oleh masyarakat, telah menjadi kebiasaan masyarakat
setempat atau bagian budaya lokal (misal, membuat minuman keras dari bahan baku
lokal, sekaligus menenggaknya).
Kegiatan yang
dikategorikan Pekat yaitu : Perjudian; Narkoba (Narkotika, Obat
Berbahaya); Minuman keras; Toto Kuda/Toto Gelap; VCD Porno; Wanita Tuna Sosial
(WTS)/Pekerja Seks Komersial (PSK); Perampokan/Pencurian/Penodongan.
Artinya, setiap
pemerintah kabupaten/kota mengambil langkah nyata dalam memberantas Pekat.
Substansi, muatan atau hal yang diatur dalam peraturan daerah tergantung
kondisi lokal.
Antisipasi Penyakit Umat
Tersurat ada 7 penyakit
umat yang perlu diantispasi :
1. Mengingkari nikmat.
Umat Islam sebagai warga negara terbanyak, ternyata tidak berdaulat secara
politik, hukum, dan ekonomi sehingga hanya jadi penonton hiruk-pikuknya
berbangsa dan bernegara.
2. Sombong.
Manusawi, banyak yang merasa bisa, khususnya karena sebagai pemimpin umat
merasa bisa jadi pemimpin rakyat. Sombong karena ilmu pengetahuan yang tak
seimbang dengan ilmu agama. Puncak kesombongan, Allah akan mengunci mata hati
manusia. Bentuk lain ketidakpedulian akan mengakibatkan seseorang tidak
memandang adanya hak orang lain pada dirinya.
3. Bermegah-megahan.
Kurang menjaga keseimbangan hidup, terbuai sukses dunia, menggunakan ‘aji
mumpung’. Padahal selagi mendapat amanah, atau sedang di puncak kejayaan
adalah waktu untuk berbuat banyak buat umat.
4. Bermusuhan dalam (perkara) dunia.
Menghadapi musuh yang sama, yaitu kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan, atau saat menanggulangi dampak bencana alam, umat Islam tidak
bisa saling bersinergi. Terlebih saat berjuang mencapai tujuan yang sama, yang
ada adalah semangat persaingan.
5. Saling membenci.
Beda warna politik, seolah menjadi seteru, menjadi pesaing yang harus
dilibas. Bahkan dalam satu barisan pun, sah-sah saja untuk saling menjegal.
Baku kata di acara TVswasta pun malah menjadi adegan komersial.
6. Saling mendengki.
Penyakit yang timbul dari diri sendiri dan akan menggerogoti dirinya
sendiri. Tabungan pahala pun akan terkikis habis. Ukhuwah menjadi
berantakan tanpa bekas.
7. Melampaui batas.
Umat Islam, demikian menurut Buya Hamka, adalah umat yang menempuh jalan
tengah, menerima hidup dalam keadaannya. Percaya kepada akhirat, lalu beramal
di dalam dunia ini. Mencari kekayaan untuk membela keadilan, mementingkan
kesehatan ruhani dan jasmani karena kesehatan yang lain bertalian dengan yang
lain. Mementingkan kecerdasan pikiran, tapi dengan menguatkan ibadah untuk
menghaluskan perasaan.
Jangan lupa ada
penyakit yang mungkin sedang kita rasakan. Mengacu : seorang sahabat bertanya:
‘Ya Rasulallah, apa penyakit al wahan itu?.’ Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menjawab: “Al Wahan adalah penyakit cinta dunia dan
takut mati“. (HR Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya) (Herwin
Nur/Wasathon.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar