Halaman

Rabu, 19 Februari 2014

7 Penyakit Umat yang Harus Diantisipasi

7 Penyakit Umat yang Harus Diantisipasi

IslamView     Dibaca :82 kali , 0 komentar
Ditulis : Herwin Nur, 06 Desember 2013 | 13:43

Selain pengaruh eksternal terhadap pembentukan karakter umat Islam, ternyata dari tataran internal ada sifat turunan yang malah bisa menghancurkan umat secara sistematis. Sifat turunan yang masuk kategori sifat buruk disebut dengan penyakit umat.

Kondisi ini mungkin saja terjadi pada umat Islam dan masyarakat pada umumnya, karenanya Rasulullah saw memperingatkannya: “Penyakit umat-umat (lain) akan mengenai umatku, (yaitu) mengingkari nikmat, sombong, bermegah-megahan, bermusuhan dalam (perkara) dunia, saling membenci, saling mendengki hingga melampaui batas.” (HR Hakim).

Berdasarkan hadits di atas, ada tujuh penyakit umat yang harus diwaspadai oleh umat Islam. Sebagai penduduk, umat Islam menghadapi penyakit masyarakat (pekat) yang seolah tak ada obatnya. Pekat adalah kegiatan yang dilakukan oleh sebagian orang di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan kehidupan sosial masyarakat karena menimbulkan dampak negatif sehingga menjadi penyakit bagi masyarakat.

Ironisnya, kenyataannya bahwa berbagai kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang telah berakar dan telah lama dilakukan oleh masyarakat, telah menjadi kebiasaan masyarakat setempat atau bagian budaya lokal (misal, membuat minuman keras dari bahan baku lokal, sekaligus menenggaknya).

Kegiatan yang dikategorikan Pekat yaitu  : Perjudian; Narkoba (Narkotika, Obat Berbahaya); Minuman keras; Toto Kuda/Toto Gelap; VCD Porno; Wanita Tuna Sosial (WTS)/Pekerja Seks Komersial (PSK); Perampokan/Pencurian/Penodongan.

Artinya, setiap pemerintah kabupaten/kota mengambil langkah nyata dalam memberantas Pekat. Substansi, muatan atau hal yang diatur dalam peraturan daerah tergantung kondisi lokal.

Antisipasi Penyakit Umat
Tersurat ada 7 penyakit umat yang perlu diantispasi :

1.       Mengingkari nikmat.
Umat Islam sebagai warga negara terbanyak, ternyata tidak berdaulat secara politik, hukum, dan ekonomi sehingga hanya jadi penonton hiruk-pikuknya berbangsa dan bernegara.

2.       Sombong.
Manusawi, banyak yang merasa bisa, khususnya karena sebagai pemimpin umat merasa bisa jadi pemimpin rakyat. Sombong karena ilmu pengetahuan yang tak seimbang dengan ilmu agama. Puncak kesombongan, Allah akan mengunci mata hati manusia. Bentuk lain ketidakpedulian akan mengakibatkan seseorang tidak memandang adanya hak orang lain pada dirinya.

3.       Bermegah-megahan.
Kurang menjaga keseimbangan hidup, terbuai sukses dunia, menggunakan ‘aji mumpung’. Padahal selagi mendapat amanah, atau sedang di puncak kejayaan adalah waktu untuk berbuat banyak buat umat.

4.       Bermusuhan dalam (perkara) dunia.
Menghadapi musuh yang sama, yaitu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, atau saat menanggulangi dampak bencana alam, umat Islam tidak bisa saling bersinergi. Terlebih saat berjuang mencapai tujuan yang sama, yang ada adalah semangat persaingan.

5.       Saling membenci.
Beda warna politik, seolah menjadi seteru, menjadi pesaing yang harus dilibas. Bahkan dalam satu barisan pun, sah-sah saja untuk saling menjegal.  Baku kata di acara TVswasta pun malah menjadi adegan komersial.

6.       Saling mendengki.
Penyakit yang timbul dari diri sendiri dan akan menggerogoti dirinya sendiri. Tabungan pahala pun  akan terkikis habis. Ukhuwah menjadi berantakan tanpa bekas.

7.       Melampaui batas.
Umat Islam, demikian menurut Buya Hamka, adalah umat yang menempuh jalan tengah, menerima hidup dalam keadaannya. Percaya kepada akhirat, lalu beramal di dalam dunia ini. Mencari kekayaan untuk membela keadilan, mementingkan kesehatan ruhani dan jasmani karena kesehatan yang lain bertalian dengan yang lain. Mementingkan kecerdasan pikiran, tapi dengan menguatkan ibadah untuk menghaluskan perasaan.

Jangan lupa ada penyakit yang mungkin sedang kita rasakan. Mengacu : seorang sahabat bertanya: ‘Ya Rasulallah, apa penyakit al wahan itu?.’ Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: “Al Wahan adalah penyakit cinta dunia dan takut mati“.  (HR Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya) (Herwin Nur/Wasathon.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar