SYUKUR NIKMAT JADI RAKYAT
Rabu,
20/10/2010 19:54
SYUKUR NIKMAT JADI RAKYAT
Walau Nusantara tak
lepas dari bencana alam, jangankan bertaubat, malah banyak anak bangsa yang
saling menyalahkan, menghujat. Paling gampang dikambinghitamkan adalah
pemerintah (Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945). Para penyalah mulai dari rakyat yang buta politik sampai
mantan RI-1. Ironis bin drastis! Hujatan dikemas dalam pemberitaan TV secara
sensasional, berkala dan taraktif untuk menaikkan peringkat TV swasta.
Semangkin banyak
orang pandai jadi wakil rakyat utawa wakil daerah, yang duduk di MPR, DPR+DPRD,
dan DPD, segala permasalahan dalam berbangsa, bernegara dan bermasyarakat malah
semangkin rumit dan berkepanjangan. Sedikit-sedikit unjuk rasa dan unjuk raga,
adu otot, baku mulut, dan pamer bego. Selama 2009-2014 memang sebagai puncak
kebrutalan kawanan parpolis. Walau kebagian kursi dalam Pemilu 2009, banyak
parpol yang tak lilo legowo. Nafsu serakah melandasan kerja para kader parpol.
Politik balas jasa
utawa politik balas budi menjadi lagu wajib selama 5 tahun. Pendidikan politik
untuk yang buta politik utawa yang melek politik! Malah anak balita pun bisa
diajak berpolitik praktis. Dunia pariwara menayangkan anak ingusan bisa jadi
bintang iklan alias cari duit. Mereka tak senasib dengan anak jalanan, yang
seumur dan seusia. Seolah tak ada kode etik dan etika sebagai rakyat yang bermartabat,
berdaulat dan berhakekat. Padahal banyak aturan main yang berlaku di tatanan
kehidupan bermasyarakat.
Rukun tetangga, rukun
warga menjadi dasar dan landasan norma hidup bersama. Proyek percontohan
dipertontonkan mulai dari mbak Mega. Oknum satu ini tak puas jadi RI-1 tak
sampai 5 (lima) tahun. 2 kali jadi capres 2004, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar