Halaman

Rabu, 25 Maret 2015

ideologi Rp, faktor penyubur korupsi

Ideologi Rp, Faktor Penyubur Korupsi

Ternyata dan nyatanya, ada korelasi positif antara tipikor di Nusantara dengan banyaknya partai politik (parpol) yang berkuasa. Pesta demokrasi lima tahun sekali, menjadi alasan untuk mendirikan parpol baru. Caleg pemula, memanfaatkan munculnya parpol baru. Atau caleg sudah satu periode, membaca situasi, tak akan mungkin berlanjut. Tanpa ragu, tanpa sungkan, tanpa malu, tanpa risi, menyodorkan dirin mendukung deklarasi parpol baru.

Modal belum kembali menjadi alasan kuat, dalih utama, kiat pertama, wakil rakyat maju lagi di periode berikutnya. Atau di tengah jalan, maju ikut pilkada. Ironisnya, beberapa oknum kepala daerah, mangkir di tengah jalan, ikut pilkada di negara tetangga.

Pengalaman RI-1 ke 2, bapak pembangunan nasional Soeharto, dengan gemilang, cemerlang dan gamblang menjadikan Golongan Karya menjadikan kendaraan politik. 6 kali pemilu di zaman Orba, atas kehendak rakyat, Golkar mengantar Soeharto jadi RI-1 sampai lengser keprabon 21 Mei 1998.

Di era Reformasi periode 2014-2019, semakin banyak kawanan parpolis ahli membuat penyataan, tanpa kerja nyata. Terlebih yang mempunyai media massa,  sering mematut diri jadi penguasa negara. Kondisi politik semakin jauh dari kutub bahwa negarawan dibuktikan dengan kerja nyata.

Oknum ketua umum parpol yang ingin menjabat kedua kalinya, melalui mekanisme apa pun secara internal, malah semakin membuktikan adanya ideologi Rp. Akhirnya, Nusantara dikuasai oleh penguasa negara yang berorientasi pada Rp. [HaeN] 25 maret 2015.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar