Halaman

Sabtu, 28 Maret 2015

golkar makan golkar

golkar makan golkar

Sudah kehendak sejarah, Golkar selalu keluar sebagai juara nomer satu di Pemilu selama era Orde Baru (orba). Bahkan sebelum Hari-H pemilu, Golkar sudah ketahuan akan sebagai juara umum. Pengalaman menang perang di era Orde Baru, 6 kali pemilu mengantar Soeharto jadi RI-1. Pabrik menteri, gubernur sampai lurah/kades. Status single mayority menjadikan Sang Kuning melenggang bebas di panggung politik Nusantara.

Golkat sarat dengan sopir, mulai sopir keluarga sampai sopir tembak, yang merasa bisa jadi RI-1. Pabrik koruptor sampai tingkat kabupaten/kota. Tidak sabar antri, semakin banyak saingan, walhasil kader politisi sipil atau dari mantan petinggi militer mendirikan parpol. Wadah berbagai kepentingan, ada yang jarak pendek atau kutu loncat atau jarak jauh. Sempalan Golkar masih dirasakan jelang Pemilu dan Pilpres 2014.

Sudah kehendak sejarah, pasca pesta demokrasi 2014, faktor ideologi Rp sebagai pencetus munculnya kubu dan loyalis dalam tubuh Partai Golkar (PG). Serakah, ambisi untuk mengulang jadi ketua umum semangkin membuktikan maraknya ideplogi Rp. Jangankan jadi ketua umum, tak kurang oknum wakil rakyat tingkat pusat mencari dan menghalalkan segala cara untuk memperpanjang masa jabatannya.


Golkar sarat dengan kawanan ahli membuat pernyataan. Kalau tak sempat diwawancarai tukang cari berita, dengan memakai jasa running text berbayar bisa menyalurkan aspirasinya. Rakyat menduga dan mengira bahwa PG merupakan kumpulan ahli pernyataan, ahli cuap bin ucap, ahli debat, ahli unjuk gigi. Jauh dari kerja nyata. Atau mereka memakai falsafah ‘bicara adalah kerja’. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar